Komentar : Good Night, and Good Luck
Good Night, and Good Luck adalah salah satu dari segelintir film bertema politik yang sama sekali tidak membuat saya jemu. Kemampuan film ini untuk menghipnotis saya selama satu setengah jam, terlepas dari setting yang sangat sederhana dan kaku, membuktikan kemahiran sang sutradara George Clooney dan aktor utama David Strathairn.
Befokus pada pertikaian antara politik dan jurnalisme di awal Perang Dingin, film ini menunjukkan suatu idealisme jurnalisme, yang sayangnya telah terbengkalai, tercampakkan atau tertindas. Waktu pemutaran film ini benar-benar tepat. Suatu sindiran politik, mengejutkan kita akan serupanya War on Communism dengan War on Terror (Terrorism).
Tanpa dikehendaki, film ini juga mampu memberikan satu jawaban akan jeritan mereka yang mengutuk kebebasan berbicara. Penggambaran dedikasi seorang Ed Murrow menunjukkan apa yang bisa dan seharusnya diraih oleh kebebasan berbicara. Suatu kebebasan yang mampu mengoreksi para penguasa, dan merupakan salah satu pilar yang menopang impian jutaan warga negara, demokrasi.
Latar belakang suasana tahun 50-an membuat saya terbuai. Gaya hidup, cara berpakaian, tampilan media, dan musik di jaman tersebut, membuat kita sadar akan drastisnya perubahan jaman. Kepulan asap rokok dan kabut tipis abu-abu yang memenuhi adegan film tersebut menampilkan jaman keemasan rokok di Amerika. Sungguh nostalgis, mengingat rokok telah menjadi barang haram di pertelevisian negara tersebut.
Penggabungan antara dokumentasi dan fiksi sangat menyegarkan dalam kesederhanaannya, dan berhasil menekankan akan kisah nyata yang menginsiprasi film tersebut. Sudut pengambilan gambar sungguh setia dengan jamannya, dan berhasil menonjolkan akting memukau David Strathairn. Sungguh sebuah film yang artistik, terlepas dari absennya berbagai warna.
Dialog tanpa aksi à la Speed tidak pernah membuat bosan, malah memberikan pencerahan. Setting yang terbatas tidak membuat saya sesak, melainkan terpukau akan sekilas gambaran di balik layarnya jurnalisme Amerika.
Suatu film yang sangat patut untuk disimak, tidak hanya oleh mereka yang tertarik akan politik, tapi juga oleh mereka yang rindu akan film bermutu.
Watch it, twice if necesssary. You won't regret it, as I don't. I even found a new idol, Ed Murrow.
Befokus pada pertikaian antara politik dan jurnalisme di awal Perang Dingin, film ini menunjukkan suatu idealisme jurnalisme, yang sayangnya telah terbengkalai, tercampakkan atau tertindas. Waktu pemutaran film ini benar-benar tepat. Suatu sindiran politik, mengejutkan kita akan serupanya War on Communism dengan War on Terror (Terrorism).
Tanpa dikehendaki, film ini juga mampu memberikan satu jawaban akan jeritan mereka yang mengutuk kebebasan berbicara. Penggambaran dedikasi seorang Ed Murrow menunjukkan apa yang bisa dan seharusnya diraih oleh kebebasan berbicara. Suatu kebebasan yang mampu mengoreksi para penguasa, dan merupakan salah satu pilar yang menopang impian jutaan warga negara, demokrasi.
Latar belakang suasana tahun 50-an membuat saya terbuai. Gaya hidup, cara berpakaian, tampilan media, dan musik di jaman tersebut, membuat kita sadar akan drastisnya perubahan jaman. Kepulan asap rokok dan kabut tipis abu-abu yang memenuhi adegan film tersebut menampilkan jaman keemasan rokok di Amerika. Sungguh nostalgis, mengingat rokok telah menjadi barang haram di pertelevisian negara tersebut.
Penggabungan antara dokumentasi dan fiksi sangat menyegarkan dalam kesederhanaannya, dan berhasil menekankan akan kisah nyata yang menginsiprasi film tersebut. Sudut pengambilan gambar sungguh setia dengan jamannya, dan berhasil menonjolkan akting memukau David Strathairn. Sungguh sebuah film yang artistik, terlepas dari absennya berbagai warna.
Dialog tanpa aksi à la Speed tidak pernah membuat bosan, malah memberikan pencerahan. Setting yang terbatas tidak membuat saya sesak, melainkan terpukau akan sekilas gambaran di balik layarnya jurnalisme Amerika.
Suatu film yang sangat patut untuk disimak, tidak hanya oleh mereka yang tertarik akan politik, tapi juga oleh mereka yang rindu akan film bermutu.
Watch it, twice if necesssary. You won't regret it, as I don't. I even found a new idol, Ed Murrow.
7 Comments:
le seul probleme, c'est que je n'aime que certains film d'hollywood. en general, je les attends a' la tele, je depense mon budget de movies pour les films fr et it bien sur.
lol
chacun a son gout.
excuse moi, je tape au clavier anglo car j'ai trop la flamme pour changer les parametres des mon portable.
a pluche ma pote
m.
By CIAO ITALIA!, at February 22, 2006 12:02 PM
Pit, boleh tau ga hubungan judul dengan isi cerita filmnya dimana? aku tertarik sama judulnya.
*sepertinya simbolisasi something :D
By Anonymous, at February 22, 2006 2:52 PM
Macchi: Gue juga bukan penggemar film Holywood, kecuali kartun. :) Tapi kadang ada beberapa film Holywood yang cukup menarik.
Gue sendiri lebih suka film klasik Jepang atau anime. Film Perancis kadang "trop chercher", film Itali belum pernah nonton, walaupun gue suka Benini.
As you said, chacun a son goût. :)
Kenz: "Good night, and good luck" itu kata penutup di setiap siaran Ed Murrow. Seperti "Merdeka" nya Unyil. :)
Tapi kalau diperhatiin, kalimat ini ada pesan terselubung, menurut gue ya. Karena di setiap siaran, dia cukup kritis, gue rasa kata penutup tersebut tidak hanya berfungsi untuk pamit, tapi untuk mengajak pemirsanya untuk lebih kritis juga.
Jadi ya film ini mengundang kritik terhadap pemerintah, dan good luck bagi mereka yang mau berjuang untuk kritis.
*analisa dangkal seorang amatiran*
By Pipit, at February 22, 2006 3:18 PM
kalo liat dari extra-nya kayaknya bosenin...(mungkin saya aja yg ga suka tipe2 film macam gini...).
Jadi nanti aja tunggu keluar di dvd atau perpus (as always!)
:D
udah selesai blom baca the historian?
By Anonymous, at February 23, 2006 10:16 AM
Makasih udah ditulis resensinya...
*Segera hunting DVD-nya*
By Hedi, at February 26, 2006 7:56 PM
Naga: Saya juga biasanya kurang suka film tipe ini. Suatu kejutan pas keluar bioskop saya tidak ngedumel "I want my money back" seperti biasanya..hihihi.
Historian sudah selesai, mau bikin komentarnya, kok lagi buntu ide ya? :)
Hedi: Kembali. Hunting DVD bajakan atau...*wishful thinking*..hihihi. :D
By Pipit, at February 27, 2006 12:53 PM
Sounds very interesting.
Hmmm.. but wait till I see this movie, whether the old style black and white show won't put me to sleep.. :-p
By Anonymous, at March 01, 2006 5:01 PM
Post a Comment
<< Home