Menikah itu...
Beberapa waktu yang lalu salah satu teman bertanya: "Pit, menikah itu seperti apa sih? Kapan eloe tahu kalau eloe siap untuk menikah? And knowing you, what made you change your mind and step into the mysterious partner-for-life kind of thing?" (yup..I was that kind of person who freaked out whenever I heard the word 'commitment')
Mungkin jawaban yang lazim adalah, semua karena cinta. *oalah* Tapi setelah sempat dipikirkan beberapa detik, kok kesannya abstrak sekali. Dan saya rasa, temen saya yang sedang berada dalam keadaaan gonjang-ganjing itu nggak akan puas dengan jawaban yang super sederhana tapi universal tersebut. Dia itu tipe orang yang praktis dan pragmatis, jadi jawaban yang berisi kata-kata seperti intuisi, feeling, "you just feel it", etc., akan ditolak sama pemikirannya, seperti halnya spam filter memblokir spammers.
Akhirnya saya pun menemukan analogi yang cukup sederhana untuk menggambarkan menikah itu seperti apa.
Menikah itu seperti bermain kaki tiga. Itu lho, permainan jaman 17 Agustusan ketika kita harus memilih partner yang kaki sebelahnya diikat ke salah satu kaki kita dan berdua musti mencoba berlari sama-sama, sambil nahan malu dan berusaha nggak jatuh di tengah-tengah ibu-ibu satu RT yang histeris.
It's like the game in the sense that your partner and you understand each other perfectly where to go.
Your partner and you understand that you need to walk together without anyone left behind, dragged behind, tailed behind, or holding you from behind. You know that you need to harmonize your path together.
Your partner and you agree on how tight the rope should be tying your legs together, either loose, considerably tight, or barely feel it; and understand that the rope is there not to keep either of you from doing something else, but to give you a chance to do it together and win the day.
Last but not least, both of you agree that when something got rough, blaming the other for falling down will not do any good. Picking up the other's shoulder and support him/her to keep on walking is the only way to get to the finish line.
*another discussion which, in my humble opinion, needs to be written down.
Mungkin jawaban yang lazim adalah, semua karena cinta. *oalah* Tapi setelah sempat dipikirkan beberapa detik, kok kesannya abstrak sekali. Dan saya rasa, temen saya yang sedang berada dalam keadaaan gonjang-ganjing itu nggak akan puas dengan jawaban yang super sederhana tapi universal tersebut. Dia itu tipe orang yang praktis dan pragmatis, jadi jawaban yang berisi kata-kata seperti intuisi, feeling, "you just feel it", etc., akan ditolak sama pemikirannya, seperti halnya spam filter memblokir spammers.
Akhirnya saya pun menemukan analogi yang cukup sederhana untuk menggambarkan menikah itu seperti apa.
Menikah itu seperti bermain kaki tiga. Itu lho, permainan jaman 17 Agustusan ketika kita harus memilih partner yang kaki sebelahnya diikat ke salah satu kaki kita dan berdua musti mencoba berlari sama-sama, sambil nahan malu dan berusaha nggak jatuh di tengah-tengah ibu-ibu satu RT yang histeris.
It's like the game in the sense that your partner and you understand each other perfectly where to go.
Your partner and you understand that you need to walk together without anyone left behind, dragged behind, tailed behind, or holding you from behind. You know that you need to harmonize your path together.
Your partner and you agree on how tight the rope should be tying your legs together, either loose, considerably tight, or barely feel it; and understand that the rope is there not to keep either of you from doing something else, but to give you a chance to do it together and win the day.
Last but not least, both of you agree that when something got rough, blaming the other for falling down will not do any good. Picking up the other's shoulder and support him/her to keep on walking is the only way to get to the finish line.
*another discussion which, in my humble opinion, needs to be written down.
12 Comments:
It's about :
I know that you know that I know that you know
But, surely it more than that.
It needs a magical thing. A sign. A spark.
An intuition.
By Anonymous, at October 29, 2005 10:20 PM
ahh kayak sepasang sepatu impian gue.
By Anonymous, at October 30, 2005 6:53 PM
Andry: Sejak kapan ganti nama jadi alien? hihihi..jangan pundung atuh :)
Nana: you got it right, just like your pair of shoes :)
By Pipit, at October 31, 2005 11:48 AM
Pit, kalau gua married tahun depan gak beneran dipotong kan? Gua bantu tiket jkt singapore nya aja gimana? Hehehe...
Becanda pit, duh udah main ngasah belati segala nih ha3x..
Idealnya sih menikah itu spt analogi permainan 17 itu pit, tapi pd kenyataannya (nebak aja, gw blom nikah sih) ada banyak kompromi disana, dimana satu pihak baik sadar maupun tdk sadar saling mengikuti pola pasangan nya dan hampir melupakan standar nya sendiri.
Pipit wrote:
"Your partner and you understand that you need to walk together without anyone:"
left behind: it does happen
dragged behind: want to hear true stories?
tailed behind: more true stories available.
holding you from behind: most common
"You know that you need to harmonize your path together." Amin.. ini idealnya :)
By Anonymous, at October 31, 2005 8:21 PM
I didn't know if I was ready or not in my wedding. All I know that we love each other.
And here we are still together after 7 years!
We've changed, we've been with problems and discussion, but our commitment above other things.
By Anonymous, at November 02, 2005 11:21 AM
menikah itu..gimana ya..ada kisah tentang dua insan manusia (tentu saja yang satu laki2 yang satu perempuan). Mereka tak pernah menikah satu sama lain karena suatu hal. Tapi mereka merasakan bahwa mereka mempunyai hubungan yang sangat istimewa. Mereka seperti sepasang kekasih, tanpa menikah, tanpa hubungan badan pula. Mereka sudah "menikah" di dalam hati mereka masing2...perasaan yang luar biasa,mengalahkan dan mematikan segala perasaan lain semacam nafsu dan keinginan duniawi...oh...mereka juga merasakan kepedihan..tapi kepedihan yang penuh dengan keindahan...mereka tak pernah bersatu secara fisik, tapi jiwa mereka telah tersatukan...pernikahan, menurutku adalah lebih dari pada persatuan fisik.Pernikahan jiwa adalah yanglebih penting..dan itu..kadang memang menyakitkan...hik hik..:~), tapi juga menyisakan senyuman...
By Anonymous, at August 06, 2007 11:39 PM
liat deh alesan orang2 menikah di sini:
http://abimono.blogspot.com/2007/12/rationale.html
By Anonymous, at February 06, 2008 3:56 PM
menikah? membaca beberapa komennya, jadi tahu sedikit tantangannya. menikah batin yang dimaksud mungkin adalah keindahan tapi tak lebih pada euforia belaka,,,, well, menikah, apapun resiko dan komitmen yang telah dibuat, sisanya dijalani aja...
By Yathie, at May 06, 2008 7:40 AM
yah...
pengen deh punya husband yang ngertiin kita ..
By Anonymous, at July 10, 2008 10:19 AM
Kau laksana burung pipit yang baik hati dan bijaksana
By Belajar hidup, at February 20, 2010 2:04 AM
Abang2 yang diatas . . . . . .
Salam Gaul . . . . .
By Muhammad Miftah Gantengkus Galaktikus, at July 14, 2010 4:09 AM
Kau tak perlu menikah, karena memang tidak ada orang yang membutuhkanmu, you walk alone, you die alone,,, you're alone...
By Anonymous, at July 22, 2011 4:31 AM
Post a Comment
<< Home