Iklan: menjual produk atau menjual ide?
Pengakuan, saya ini generasi TV! Saya ini tipe orang yang bisa terhipnotis TV selama berjam-jam sehari, dan betah 'pigging out' di depan TV sambil tiduran. Kegemaran saya akan TV sudah mendarah daging, dan setiap saya pulang ke rumah ortu pasti saya menyempatkan untuk menonton TV.
Namun setelah saya bergaul dengan para 'constructivist', thanks to my marriage to Xavier, otak saya pun sekarang secara otomatis menganalisa konstruksi sosial di balik setiap acara TV dan iklan.
Saya rasa semua orang pasti tahu tujuan iklan, yaitu untuk menjual produk yang diwakilinya. Tapi apakah semua juga sadar bahwa kadang iklan tidak hanya menjual produk, tapi juga menjual ide. Para pembuat iklan yang cerdas pasti tahu bahwa iklan bisa merubah pola pikir masyarakat, yang kemudian merubah pola belanja mereka. Dengan memanipulasi psikologis penonton, iklan pun akan mampu membuat para obyeknya untuk berpikir 'harus beli X biar keren', 'harus beli Y untuk bisa bahagia', 'harus beli Z untuk bisa dapat pasangan', dsb.
Beberapa iklan menjual ide yang mengusik otak saya yang penuh dengan pemahaman tersendiri. Pengamatan saya menyimpulkan bahwa sebagian besar iklan di TV adalah tentang produk pemutih kulit dan iklan rokok, yang mencerminkan budaya Indonesia yang menyanjungkan keputihan kulit perempuan sebagai lambang utama kecantikan dan budaya merokok di masyarakat ini.
Iya, saya sudah sadar dari jaman kuda gigit besi kalau salah satu standar kecantikan di Indonesia adalah berkulit putih. Standar yang saya benci setengah mati sebagai seorang perempuan yang berkulit gelap. Tapi saya kaget ketika menonton sebuah iklan sabun pemutih yang menampilkan seorang cowok yang cakepnya ampun ampun, yang berkeluh kesah karena susah untuk bertemu dengan pacarnya yang setelah memakai sabun pemutih tersebut jadi mulai enjoy her life without him. Iklan ini tidak hanya menjual ide bahwa kulit putih itu cantik, tapi juga bahwa untuk bisa hidup bahagia perempuan harus cantik dan berkulit putih. Hahhhh!!! Saya baru tahu bahwa pendewaan keindahan tubuh perempuan sudah menjadi sebegitu ekstremnya di masyarakat Indonesia. Suatu ironi mengingat bagaiman ngototnya beberapa kalangan masyarakat menolak pengiriman putri Indonesia ke acara Miss Universe!
Mungkin ada yang nyepet, "ah emang eloenya aja pit yang iri karena nggak bisa berkulit putih." Saya akan jawab, tidak berkulit putih tidak menghalangi saya untuk hidup bahagia. Masa remaja saya penuh dengan aktivitas yang menghitamkan kulit, tapi alangkah bahagianya saya waktu itu. Memang waktu itu belum banyak iklan pemutih yang menampilkan iklan agresif seperti sekarang, jadi saya pun tidak terlalu pusing memikirkan kehitaman kulit saya. Yang saya takutkan, penjualan ide bahwa kulit putih adalah jalan menuju kebahagiaan akan bisa membuat remaja putri, yang masih labil akan identitas dirinya, membenci kulit sawo matang mereka.
Mungkin benar kalau laki-laki Indonesia lebih tertarik pada perempuan berkulit putih, tapi tidak adil rasanya kalau ini berarti masyarakat harus menuntut para perempuan untuk membenci diri mereka sendiri, karena merasa mereka tidak akan bahagia dengan bagaimana mereka telah dilahirkan.
Mengenai iklan rokok, saya terus terang sering kagum akan kreativitas para adverstising team , karena tak jarang iklan tersebut berupa film pendek yang benar-benar menarik. Tapi kalau advertising team rela memberikan waktu semenit lebih memperlihatkan harimau yang sedang dibidik oleh pemburu, apa salahnya memberikan waktu lebih dari 10 detik untuk peringatan bahaya merokok? Saya sampai pernah iseng-iseng mau mencoba membaca peringatan yang selalu mengakhiri iklan tersebut. Setelah 10 kali mencoba, akhirnya saya menyerah. Saya tidak pernah berhasil membaca seluruh peringatan, padahal saya termasuk orang yang bisa membaca cepat lho.
Satu hal lagi, kenapa dalam iklan rokok tidak pernah tokoh utamanya perempuan? Padahal kan sudah semakin banyak perokok perempuan. Penolakan ide bahwa perempuan itu merokok secara tidak langsung mendukung pandangan picik masyarakat bahwa perempuan perokok itu adalah perempuan nakal. Kalau memang benar merokok bisa mengurangi stress, kenapa perempuan tidak berhak untuk melepaskan stress mereka melalui rokok?
Saya perempuan dan saya tidak merokok, tapi menurut saya merokok adalah pilihan yang tersedia bagi semua orang. Kenapa harus ada gender bias dalam budaya merokok? Kembali, tidak adil apabila masyarakat menghakimi perempuan hanya karena dia memilih untuk merokok. Iklan rokok selalu menjual ide jantannya pria yang merokok, tapi kapan dia akan menjual ide bahwa penghakiman perempuan perokok adalah sesuatu yang perlu dikoreksi?
Namun setelah saya bergaul dengan para 'constructivist', thanks to my marriage to Xavier, otak saya pun sekarang secara otomatis menganalisa konstruksi sosial di balik setiap acara TV dan iklan.
Saya rasa semua orang pasti tahu tujuan iklan, yaitu untuk menjual produk yang diwakilinya. Tapi apakah semua juga sadar bahwa kadang iklan tidak hanya menjual produk, tapi juga menjual ide. Para pembuat iklan yang cerdas pasti tahu bahwa iklan bisa merubah pola pikir masyarakat, yang kemudian merubah pola belanja mereka. Dengan memanipulasi psikologis penonton, iklan pun akan mampu membuat para obyeknya untuk berpikir 'harus beli X biar keren', 'harus beli Y untuk bisa bahagia', 'harus beli Z untuk bisa dapat pasangan', dsb.
Beberapa iklan menjual ide yang mengusik otak saya yang penuh dengan pemahaman tersendiri. Pengamatan saya menyimpulkan bahwa sebagian besar iklan di TV adalah tentang produk pemutih kulit dan iklan rokok, yang mencerminkan budaya Indonesia yang menyanjungkan keputihan kulit perempuan sebagai lambang utama kecantikan dan budaya merokok di masyarakat ini.
Iya, saya sudah sadar dari jaman kuda gigit besi kalau salah satu standar kecantikan di Indonesia adalah berkulit putih. Standar yang saya benci setengah mati sebagai seorang perempuan yang berkulit gelap. Tapi saya kaget ketika menonton sebuah iklan sabun pemutih yang menampilkan seorang cowok yang cakepnya ampun ampun, yang berkeluh kesah karena susah untuk bertemu dengan pacarnya yang setelah memakai sabun pemutih tersebut jadi mulai enjoy her life without him. Iklan ini tidak hanya menjual ide bahwa kulit putih itu cantik, tapi juga bahwa untuk bisa hidup bahagia perempuan harus cantik dan berkulit putih. Hahhhh!!! Saya baru tahu bahwa pendewaan keindahan tubuh perempuan sudah menjadi sebegitu ekstremnya di masyarakat Indonesia. Suatu ironi mengingat bagaiman ngototnya beberapa kalangan masyarakat menolak pengiriman putri Indonesia ke acara Miss Universe!
Mungkin ada yang nyepet, "ah emang eloenya aja pit yang iri karena nggak bisa berkulit putih." Saya akan jawab, tidak berkulit putih tidak menghalangi saya untuk hidup bahagia. Masa remaja saya penuh dengan aktivitas yang menghitamkan kulit, tapi alangkah bahagianya saya waktu itu. Memang waktu itu belum banyak iklan pemutih yang menampilkan iklan agresif seperti sekarang, jadi saya pun tidak terlalu pusing memikirkan kehitaman kulit saya. Yang saya takutkan, penjualan ide bahwa kulit putih adalah jalan menuju kebahagiaan akan bisa membuat remaja putri, yang masih labil akan identitas dirinya, membenci kulit sawo matang mereka.
Mungkin benar kalau laki-laki Indonesia lebih tertarik pada perempuan berkulit putih, tapi tidak adil rasanya kalau ini berarti masyarakat harus menuntut para perempuan untuk membenci diri mereka sendiri, karena merasa mereka tidak akan bahagia dengan bagaimana mereka telah dilahirkan.
Mengenai iklan rokok, saya terus terang sering kagum akan kreativitas para adverstising team , karena tak jarang iklan tersebut berupa film pendek yang benar-benar menarik. Tapi kalau advertising team rela memberikan waktu semenit lebih memperlihatkan harimau yang sedang dibidik oleh pemburu, apa salahnya memberikan waktu lebih dari 10 detik untuk peringatan bahaya merokok? Saya sampai pernah iseng-iseng mau mencoba membaca peringatan yang selalu mengakhiri iklan tersebut. Setelah 10 kali mencoba, akhirnya saya menyerah. Saya tidak pernah berhasil membaca seluruh peringatan, padahal saya termasuk orang yang bisa membaca cepat lho.
Satu hal lagi, kenapa dalam iklan rokok tidak pernah tokoh utamanya perempuan? Padahal kan sudah semakin banyak perokok perempuan. Penolakan ide bahwa perempuan itu merokok secara tidak langsung mendukung pandangan picik masyarakat bahwa perempuan perokok itu adalah perempuan nakal. Kalau memang benar merokok bisa mengurangi stress, kenapa perempuan tidak berhak untuk melepaskan stress mereka melalui rokok?
Saya perempuan dan saya tidak merokok, tapi menurut saya merokok adalah pilihan yang tersedia bagi semua orang. Kenapa harus ada gender bias dalam budaya merokok? Kembali, tidak adil apabila masyarakat menghakimi perempuan hanya karena dia memilih untuk merokok. Iklan rokok selalu menjual ide jantannya pria yang merokok, tapi kapan dia akan menjual ide bahwa penghakiman perempuan perokok adalah sesuatu yang perlu dikoreksi?
19 Comments:
Namanya juga orang jualan, apapun supaya produknya laku, tapi yang gua tertarik bgt tuh tanda peringatan di akhir iklan obat, elo bener bgt, aduh pamarentah kumaha Iye??
By Anonymous, at August 15, 2005 4:09 PM
Iklan obat atau iklan rokok wir? Perasaan gue nggak menulis tentang iklan obat deh..hehehe.
By Pipit, at August 15, 2005 4:11 PM
Rokok deng.. ya sama obat juga kok, yang bilangnya kalau masih berlanjut hubungi dokter itu lohh.. itu juga cepet bgt..
By Anonymous, at August 15, 2005 4:17 PM
lha esensinya marketing kan memang adu "mindset" mbak.
iklan sampo mesti pake model yang rambutnya lurus dan luwes. padahal yang namanya cantik bisa juga ikal toh ? contoh iklan2nya Wella.
kenapa merokok kok mesti menghindari cewek sebagai modelnya? ya karena si advertiser gak mau beresiko melawan mindset kuat bahwa perokok itu bersifat "maskulin" (saya ngomong maskulin lho, bukan cowok).
just my one cent :)
By Anonymous, at August 15, 2005 10:56 PM
Itu dia 'mindset', tapi kadang orang kan nggak sadar akan hal tersebut, dan menelan mentah-mentah yang dijual orang. :)
Mengenai rokok dan maskulinitas, di Eropa, remaja putri merokok malah karena menurut beberapa dari mereka merokok itu 'sexy' dan tentu saja 'trendy', tidak maskulin sama sekali. Mungkin karena inilah, angka ratio remaja putri (kadang di bawah umur 17 tahun) yang merokok sudah meroket di benua ini.
Sayang saya tidak bisa menganalisa peran iklan rokok dalam pembentukan 'mindset' yang berbeda ini. Habisnya iklan rokok jarang sekali di TV sini, yang banyak iklan anjuran berhenti merokok. :)
By Pipit, at August 16, 2005 8:34 AM
padahal krim pemutih itu sebenernya merusak kulit. Gw sering ditanya kalo main ke kedutaan, "lah kok kamu jadi item sih??"...
sepertinya mereka heran kalo kulit saya gelap, padahal memang selalu begitu. Karena ide mereka menipu otak mereka, mereka percaya bahwa wanita2 indonesia itu berkulit putih, termasuk diri mereka sendiri. Ada 2 dari wanita yg saya kenal disuntik biar mukanya putih, hasilnya...agak mendekati Casper!
By Anonymous, at August 16, 2005 9:55 AM
Betul sekali Mbak, harusnya iklanya juga memberikan peringatan kemungkinan efek samping. Makanya saya kalau ada yang komentar tentang kulit gelap saya cukup dijawab dengan senyum sambil ngomong, "...tapi tetep cantik kan?". Hahaha..
By Pipit, at August 16, 2005 10:13 AM
knp iklan rokok tidak menampilkan wanita?krn bahaya rokok menurut gue jauh lebih besar drpd pria.bisa saja para creative team menampilkan wanita,akan tetapi saya ditolak oleh perusahaan rokok yg menjadi client.dan sebagian besar konsumen rokok adalah kaum pria
By Anonymous, at July 12, 2006 9:23 AM
Hi Mb. Pipit, saya Pande, sudah nikah dan punya istri yang berkulit gelap. Seringkali Istri ngeluh karena kulit saya lebih putih darinya, tapi saya yakinkan that's doesn't matter, n iseng kami berdua surf internet, nemukan Blog anda.
Bagus banget.
Anyway gak cuman iklan pemutih kulit yang bikin gondok, tapi masih banyak lagi seperti yang anda katakan di awal artikel.
Boleh saya menampilkan Link ke Blog anda di Blog saya ?
pandebaik.blogspot.com
By Pande Baik, at July 25, 2006 12:24 AM
Klo saya mah dari SMP dulu sukanya wanita yg berkulit terang, kuning langsat, bukan putih. Trus tyt kok di iklan gembar gembor bhw putih tu cantik. Wah wis... jadilah saya korban akhirnya LoL
By Anonymous, at August 31, 2006 6:01 AM
buat semua perempuan:
1.apapun bentuk badan kmu,apapun warna kulit kamu, tinggi or pendek tubuh kamu,lurus, berombak or keritingnya rambut kamu...kmu tetaplah makhluk cantik yg diciptakan Tuhan...kamu sudah cantik dari sananya...nggak perlu embel2 standar kecantikan, kosmetik, dan sejenisnya...kmu sudah cantik....ktakan pada dirimu sendiri..."AKU SUDAH CANTIK"
2.kecantikan yg distandarisasi ama budaya, masyarakat,dan perusahaan kosmetik adalah semu dan akan berubah2 dan kamu hanyalah objek jika kmu mengikuti standar2 itu...
3. tidak ada salahnya kalo kamu ingin cantik dn menarik...tapi klo demi kecantikan kamu melakukan hal2 nggak perlu...dan hal2 bodoh...kmu hanya membuang banyak waktumu yg berharga untuk berkarya dan melakukan banyak hal yg lebih berguna dari sekedar diet, mengkhawtirkan berat badan,menimbang berapa gram yg hrs kamu makan, dan merasa bersalah setelah makan sepiring makanan penuh lemak.
3.beragam ras dan bentuk makhluk hidup termasuk manusia di dunia ini menandakan kalo Tuhan tuh kreatif dan Dia mencintai perbedaan...semuanya baik di mata-Nya.bayangkan...betapa membosankannya hidup di dunia dengan hanya melihat hal yang sama setiap hari....keunikan bentuk dan warna dari setiap makhluk hidup yang berbeda2 inilah yang membuat dunia ini indah dan penuh warna...dunia tidak akan menarik kalo makhluk hidupnya hanya satu bentuk dan satu warna saja...
4.cintailah dan terimalah dirimu apa adanya...klo kmu sudah berhasil melakukan itu...baru kamu bisa mencintai dn menerima orang lain.....God Bless You All...
By Anonymous, at October 15, 2006 9:25 AM
menurut gue yang namanya cantik tuh di indonesia emang udeh kepatok ma langsing ma putih(bete deh)yah emang komisi penyiaran nasional molor mulu seh kerjanya!!di teve orang gendut n item slalu jadi bahan joke,lama2 nih problem bakalan ngeluap dan jadi konflik rasisme versi baru!gue setuju ma yang pipit bilang tapi gue herannya ada temen gue yang idealisnye minta ampun dia ga suka banget ma orang yang jaga penampilan,tiap hari dia ngomong ga peduli item apa ga tapi dia pake ponds whitening n walaupun matahari nyereng dengan dashyatnya dia mendingan pake jaket daripada kulitnya item jadi dalem diri orang tu sndiri mungkin dia berharap bisa putih yahh apa boleh dikata emang image cantik sekarang udah gitu ukurannya kalee
By Anonymous, at November 26, 2006 1:55 PM
saya ingin berkomentar tentang miss universe. memang banyak yg menentang, tapi bukan karena penyanjungan kecantikan perempuan tetapi karena kalangan yg kontra tersebut berpikir negatif ketika participant harus berpakaian renang.
diem2 akhirnya ada juga yg diberangkatkan untuk jadi miss universe, saya tidak akan menyebutkan namanya sebab miss indonesia yg tampil di kontes tersebut menjadi sorotan para reporter bukan karena terseleksi, bukan karena pintar, bukan karena kehebatan apa pun tetapi justru karena miss indonesia kita saking bodohnya menjawab pertanyaan2 dari panitia.
anda akan terkaget2 dan terheran2, ada orang yg secantik itu tetapi sebodoh itu.
jadi masih ada hal lain yg patut dikhawatirkan selain berkulit putih.
By Anonymous, at January 05, 2007 12:55 PM
Hi, pit...kebetulan aku perempuan jawa asli yang berkulit hitam.karena org2 sekitarku selalu bilang aku item, tentu saja itu mempengaruhi aku.tapi aku ga pernah ambil pusing ttg itu.cewek putih emang indah dipandang,tapi putih tapi bego bukan cantik lagi khaN?!dulu banget waktu SMA,aku bercita-cita jadi kasir di Bank.sebel juga karena kupikir jadi kasir musti cantik dan PUTIH.Tapi ternyata cita-citaku terwujud.So, here I am..aku sekarang jadi kasir di bank swasta.it's a dream comes true.dan mematahkan pendapatku selama ini bhw kudu PUTIH kalo mo kerja di Bank.
yang penting skill.dan kemauan.
Selain itu, aku perokok sejak kelas 2 SMA.7 th aku jd perokok.dan waktu tes kesehatan di Bank itu,aku bilang kok sama dokternya klo aku perokok.toh lolos juga.....hehehehe
banyak orang picik disekitar kita.yang mikir hitam itu jelek.dan perempuan merokok itu nakal.ga ada yang bisa merubah itu.kalo aku sendiri sih.g peduli.mereka khan g tau siapa aku sebenernya.orang2 yang kenal aku,tau betul siapa aku g akan berpikir sepicik itu ttg aku.
cantik itu dari dalam.iya khan pit?!
By Anonymous, at January 14, 2007 9:39 AM
I am girl with naturally bright skin.. kulit putih lah istilahnya orang sini.. pale gitu, cenderung pucat.. I got it coz emang punya darah campuran dari mama yang belanda dan papa yang manado.. putih kan? hehe..
tapi.. jujur aja I have always loved tanned skin.. for some reasons I think kalo kulit tanned itu sexy dan keliatan lebih 'idup'. So what I did was going to a beach holiday, dan berjemur sebanyak2nya (iya sih emang kalo terus2an gak bagus juga buat kulit).. dan skrg saya betul2 tanned.. hehehe.. manusia memang gak pernah puas.. saya sih betul2 suka sama warna kulit saya skrg.. walau teman2 saya yg pria kebanyakan heran dengan keputusan saya going dark, tapi mereka jg mengakui kalau tanned skin is really sexy. hehehe
By Anonymous, at September 20, 2007 8:10 PM
Bagaimana dengan produk yang dipromokan oleh Naomi Campbell? Saya kira orang marketing memang selalu begitu, menciptakan suatu image di benak konsumen, tanpa peduli nilai-nilai lagi, yang penting barang terjual
By wen, at May 14, 2009 9:42 AM
woww... artikel yg sangat menarik buat saya yg awam ini...
makasih ya bu .. :)
By stevano, at August 22, 2009 6:21 PM
Saya merasa tulisan anda ini tidak fokus dari judul postingan.
Judul anda tentang "iklan, produk dan ide" tapi mayoritas postingannya tentang "perempuan","cantik", "kulit hitam", "gender", dll. Kurang fokus tuh shobat...
Semoga bisa jadi masukan.
Salam Blogger
By ismail, at May 13, 2010 5:58 PM
Jadi tertarik ni....memang kyknya blm ada icon perokok perempuan..rata2 cowok semua....tapi tidak bisa dipungkiri sdh banyak perokok perempuan....
ini jadi PR buat produsen rokok, untuk membuat image perokok perempuan belum tentu negatif
By Unknown, at July 12, 2011 11:41 AM
Post a Comment
<< Home