Teman lama
Siapa yang tidak punya teman lama? Tapi bagaimana rasanya menjadi teman lama atau menyadari bahwa seseorang itu bukan lagi hanya teman, tapi sudah menjadi teman lama?
Teman lama bisa berarti teman dari dahulu kala, atau teman pada dahulu kala. Arti yang kedua lebih populer, tapi lebih membuat hati miris.
Hidup manusia memang berjenjang-jenjang. Waktu pun terbelah akan beberapa periode, dan orang yang dekat pada kita pun tak jarang terkelompok akan waktu. Teman jaman SD, jaman SMP atau waktu kuliah.
Wajar memang ketika hidup melaju mereka yang tadinya berada di satu lingkaran, akhirnya harus berpisah. Terpaksa atau sengaja mengambil arah yang berbeda. Dan akhirnya sebuah ikatan emosi antar teman pun diakhiri dengan, "sampai ketemu lagi. Jangan lupa kirim surat." Tapi lebih sering kabar pun menghilang.
Dan ketika bertemu kembali, dua orang teman lama akan tersenyum senang namun merasa asing akan manusia di depannya. Manusia yang dulu sangat dimengerti atau mengerti dirinya. Pembicaraan pun akan didominasi nostalgia. Not only because it was the golden days, but mostly because it was what these friends only have, the past.
Persahabatan pun tepenjara pada masa lalu. Tidak ada lagi pertanyaan mendalam yang menuntut kepercayaan total bagi yang bertanya dan yang menjawab. Yang tinggal hanyalah pertanyaan basa-basi dan dialog sopan antar dua orang berbudaya. Dialog yang nyaman dan aman, tapi tidak datang dari hati yang mendalam dan tidak akan sanggup mendekatkan kedua hati mereka yang dulu pernah dekat.
Saya pun berpikir, kapan persahabatan yang saya miliki akan berakhir? Saya tidak rela menjadikan seorang pun teman saya sebagai seorang teman lama. Tapi nampaknya hidup dan waktu telah menjadikan mereka yang saya sayangi hanya bagian dari masa lalu. Ketika air mata saya jatuh, saya hanya diingatkan, inilah hidup. Teman datang dan pergi.
Saya pun menjerit, persahabatan terlalu berharga untuk ditinggalkan, dilupakan, atau disimpan di dalam album poto. Kepercayaan dan cinta yang dibangun di dalam sebuah persahabatan terlalu langka untuk dicampakkan.
Tapi ternyata, saya hanya menjerit sendiri, tanpa ada yang mendengar atau perduli.
Teman lama bisa berarti teman dari dahulu kala, atau teman pada dahulu kala. Arti yang kedua lebih populer, tapi lebih membuat hati miris.
Hidup manusia memang berjenjang-jenjang. Waktu pun terbelah akan beberapa periode, dan orang yang dekat pada kita pun tak jarang terkelompok akan waktu. Teman jaman SD, jaman SMP atau waktu kuliah.
Wajar memang ketika hidup melaju mereka yang tadinya berada di satu lingkaran, akhirnya harus berpisah. Terpaksa atau sengaja mengambil arah yang berbeda. Dan akhirnya sebuah ikatan emosi antar teman pun diakhiri dengan, "sampai ketemu lagi. Jangan lupa kirim surat." Tapi lebih sering kabar pun menghilang.
Dan ketika bertemu kembali, dua orang teman lama akan tersenyum senang namun merasa asing akan manusia di depannya. Manusia yang dulu sangat dimengerti atau mengerti dirinya. Pembicaraan pun akan didominasi nostalgia. Not only because it was the golden days, but mostly because it was what these friends only have, the past.
Persahabatan pun tepenjara pada masa lalu. Tidak ada lagi pertanyaan mendalam yang menuntut kepercayaan total bagi yang bertanya dan yang menjawab. Yang tinggal hanyalah pertanyaan basa-basi dan dialog sopan antar dua orang berbudaya. Dialog yang nyaman dan aman, tapi tidak datang dari hati yang mendalam dan tidak akan sanggup mendekatkan kedua hati mereka yang dulu pernah dekat.
Saya pun berpikir, kapan persahabatan yang saya miliki akan berakhir? Saya tidak rela menjadikan seorang pun teman saya sebagai seorang teman lama. Tapi nampaknya hidup dan waktu telah menjadikan mereka yang saya sayangi hanya bagian dari masa lalu. Ketika air mata saya jatuh, saya hanya diingatkan, inilah hidup. Teman datang dan pergi.
Saya pun menjerit, persahabatan terlalu berharga untuk ditinggalkan, dilupakan, atau disimpan di dalam album poto. Kepercayaan dan cinta yang dibangun di dalam sebuah persahabatan terlalu langka untuk dicampakkan.
Tapi ternyata, saya hanya menjerit sendiri, tanpa ada yang mendengar atau perduli.
7 Comments:
sayang yah sebenernya. Tapi saya punya temen sejak smp, mungkin ketemu 3-4 th sekali, tp kita tetep enjoy kayak jaman dulu...seru. Temen2 SMA juga gitu, yah mungkin ga seseru dulu, soalnya mereka udah sibuk sama keluarga masing2. Persahabatan sih masih, tp. kondisinya berbeda. Dan saya juga ngertiin.
By Anonymous, at November 07, 2005 9:39 AM
Memang sih kita tidak mungkin memaksakan waktu untuk berhenti, dan persahabatan pun harus disesuaikan dengan kondisi masing2 yang berubah.
Tapi entah kenapa waktu sering membuat dua teman menjauh. Kenapa jarang ada yang mau berjuang untuk tetap dekat (dalam arti sebenarnya)? Kebanyakan sibuk dengan dunia masing2 dan kemudian menyerah pada keadaan. Teman pun hanya diingat kembali ketika ultah, lebaran atau tahun baru.
Seperti kata kamu naga, sayang..
By Pipit, at November 07, 2005 10:01 AM
Pit, once I thought I had lost a friend when distance, time and status changed, but then somehow the force put us back together, and now, me and my other two bestfriends had been keeping our 10th year of friendship and we meet each other religously. I do believe in Darwin's theory, applicable to friendship. Only the strong will survive.
By Anonymous, at November 07, 2005 12:01 PM
hehehe yang keliatan jelas kalo ketemu temen lama ya jadi canggung dan rebet cari bahan pembicaraan. apalagi gue dalam situasi jomblo dan most of my school friends paling ngga udah punya anak satu huhuhu makin ngga jelaslah pembicaraannya, so yang aman ya cerita2 masa lalu :D
By Anonymous, at November 09, 2005 3:20 PM
teman adalah bagian dari hidup yang tak akan terlupakan
teman selalu ada menemani hari2 di setiap langkah kehidupan...
:)
By lischantik, at November 10, 2005 4:34 AM
hmmm.. ngepasi lebaran kayaknya banyak orang-orang yang bakalan ketemu temen lama.
hiks, biasanya agak canggung kalo ketemuan sama yang dulu pernah ada story.
dag..dig..dug.. wes gak karuan rasanya..
hmmm.. jadi kangen temen2 lama di purwokerto neh :(
By Anonymous, at November 10, 2005 12:05 PM
Silverlines: Can't agree with you more. But when the distance becomes so wide, like me living in another continent, meeting regularly is just impossible. But then the question is not about seeing one another, but to keep the friendship spirit alive.
Nana: Itulah dia 'na, sayang kan. Yang dulunya bisa curhat sekarang malah dicurigai. Entar salah tanggep..
Lilis: Pepatah yang bijak, tapi apakah teman kita akan tetap sama? Tidak kan..jadi pepatah tersebut mementingkan adanya teman dalam hidup, tanpa memperhatikan siapa yang disebut dengan teman tersebut. Akankah teman kita yang sekarang akan tetap menjadi teman seperti sekarang di 10 tahun mendatang? Ataukah kedekatan dengan teman ini akan digantikan oleh teman baru?
Ripai: Aduh...yang nggak ada cerita ada juga sering bikin deg-deg-an, apalagi yang dulu pernah jadi ehem..ehem..hehehe. Ah..reuni memang indah, tapi jadi suka bikin merenung: dulu kita pernah dekat ya...sekarang...
By Pipit, at November 10, 2005 2:52 PM
Post a Comment
<< Home