Terdampar di Amsterdam
Setelah deg-degan menanti datangnya visa, akhirnya saya dapet kesempatan berkunjung ke negara lain. Seneng banget, hati berbunga-bunga seperti musim semi. Seneng karena ternyata se-tua ini saya masih dikasih kesempatan untuk mencoba sesuatu yang baru. Jadi inget iklan Emirates: "When did you do something for the first time?" Saya dan Xaf pun bisa menikmati akhir pekan jauh dari rumah dan pekerjaan.
Tapi dalam perjalanan pulang kita berdua sempat terdampar di Amsterdam satu malam. Pesawat menuju Amsterdam terlambat 30 menit, padahal saya dan Xaf cuma punya waktu 40 menit untuk ganti 'gate'. Pilot sih cuap-cuap kalau dia akan mencoba ngebut, agar bisa sampai di Amsterdam tepat waktu, tapi apa daya mesin jetnya kurang kenceng. Akhirnya saya dan Xaf pun ketinggalan pesawat lanjutan ke Jenewa.
Terbirit-biritlah kami ke Transfer Desk (sesuai instruksi pramugari), berharap bisa naik pesawat berikutnya ke Jenewa. Ternyata pesawat yang ninggalin kami itu pesawat terakhir..*gubrak*, dan tidak ada penerbangan lain yang melayani rute Amsterdam-Jenewa, kecuali Easy Jet. Tapi kami harus membayar 350 euro satu orang. Edan, harganya hampir sama dengan tiket kami pulang balik.
Berhubung kesalahan berada di pihak penerbangan, akhirnya kami pun dijanjikan kamar untuk menginap. Xaf sudah ngamuk-ngamuk karena dia harus bekerja dan mempunyai janji penting hari Senin. Tapi ya mau bagaimana lagi? Masak mau nyikil ke Jenewa?
Kami pun diarahkan ke 'Arrival office' untuk melapor, menerima 'Toilet package' dan reservasi kamar.
Lucunya untuk sampai ke 'Arrival Office', kami berdua ternyata bisa langsung ke tempat penerimaan bagasi dan pintu keluar TANPA melewati pemeriksaan imigrasi. Tidak ada polisi atau petugas keamanan yang menjaga pintu. Saya jadi berpikir kriminal, wah ini gampang amat menyelundupkan diri ke Amsterdam. Kayaknya pihak bandara harus lebih memperhatikan segi keamanannya.
Apa itu 'Toilet Package'? Tas kecil yang berisi berbagai keperluan mandi dan satu T-shirt bersih. Untung!! Wong bagasi kami entah berada dimana. Isi tasnya: , sikat gigi, odol, sabun cair, shampoo, sisir kecil, body lotion, pisau cukur dan krim cukur, sabun cuci, dan kaus kaki; semuanya dalam kemasan plastik yang mungil dan manis. Tasnya juga manis, patut untuk disimpan. :) Seperti layaknya orang Indonesia, saya pun sempet berpikir: wah ada untungnya ketinggalan pesawat, bisa dapet tas imut kayak begini.
Petugas penerbangan pun langsung memesan kamar untuk kami berdua. Xaf masih dalam 'mode' ngedumel, saya sih sudah pasrah, yang penting bisa menginap di hotel nggak harus tidur di kursi bandara. Lagipula, saya kan belum pernah menginjakkan kaki di kota Amsterdam!!
Sewaktu keluar dari bandara, hidung saya langsung diserang bau tak sedap. Wah, bener ternyata, kota Belanda beraroma kandang! (pernah baca di blog yang saya lupa namanya) Setelah menunggu beberapa menit akhirnya bis hotel tiba, Xaf masih ngomel, pesimis akan kamar hotel yang menanti. Sampai di hotel, saya persis kayak orang udik...celingak celinguk sambil terpana. Hotelnya bagus banget, hotel internasional bintang 4! Interior designnya apik dan mewah, semuanya mengkilap sangking bersihnya, kami bahkan diberi pilihan "Would you like to have double-bed or king-size bed?" Astaga, seumur-umur saya belum pernah ngeliat king-size bed di depan mata.
Pihak penerbangan ternyata cukup efisien dan sudah lama bekerja sama dengan pihak hotel, jadi kami pun langsung diberi kunci kamar tanpa banyak pertanyaan. Sampai di kamar, saya langsung terkagum-kagum, mimpi apa bisa menginap di hotel semewah ini gratis?! Coba saya belum menghabiskan film di kamera saya, pasti saya sudah sibuk jepret sana sini. Isi kamarnya persis seperti katalog toko perabotan ternama di Eropa. Saya kagum!
Ah, ternyata terdampar di Amsterdam tidaklah seburuk yang kami kira.
It was the first time for me to exit an airport without passing through passport control. It was the first time for me to see Amsterdam. It was the first time for me to sleep in King-size bed. It was the first time (and hopefully not the last time) for me to stay in 4 stars hotel for free.
Tapi dalam perjalanan pulang kita berdua sempat terdampar di Amsterdam satu malam. Pesawat menuju Amsterdam terlambat 30 menit, padahal saya dan Xaf cuma punya waktu 40 menit untuk ganti 'gate'. Pilot sih cuap-cuap kalau dia akan mencoba ngebut, agar bisa sampai di Amsterdam tepat waktu, tapi apa daya mesin jetnya kurang kenceng. Akhirnya saya dan Xaf pun ketinggalan pesawat lanjutan ke Jenewa.
Terbirit-biritlah kami ke Transfer Desk (sesuai instruksi pramugari), berharap bisa naik pesawat berikutnya ke Jenewa. Ternyata pesawat yang ninggalin kami itu pesawat terakhir..*gubrak*, dan tidak ada penerbangan lain yang melayani rute Amsterdam-Jenewa, kecuali Easy Jet. Tapi kami harus membayar 350 euro satu orang. Edan, harganya hampir sama dengan tiket kami pulang balik.
Berhubung kesalahan berada di pihak penerbangan, akhirnya kami pun dijanjikan kamar untuk menginap. Xaf sudah ngamuk-ngamuk karena dia harus bekerja dan mempunyai janji penting hari Senin. Tapi ya mau bagaimana lagi? Masak mau nyikil ke Jenewa?
Kami pun diarahkan ke 'Arrival office' untuk melapor, menerima 'Toilet package' dan reservasi kamar.
Lucunya untuk sampai ke 'Arrival Office', kami berdua ternyata bisa langsung ke tempat penerimaan bagasi dan pintu keluar TANPA melewati pemeriksaan imigrasi. Tidak ada polisi atau petugas keamanan yang menjaga pintu. Saya jadi berpikir kriminal, wah ini gampang amat menyelundupkan diri ke Amsterdam. Kayaknya pihak bandara harus lebih memperhatikan segi keamanannya.
Apa itu 'Toilet Package'? Tas kecil yang berisi berbagai keperluan mandi dan satu T-shirt bersih. Untung!! Wong bagasi kami entah berada dimana. Isi tasnya: , sikat gigi, odol, sabun cair, shampoo, sisir kecil, body lotion, pisau cukur dan krim cukur, sabun cuci, dan kaus kaki; semuanya dalam kemasan plastik yang mungil dan manis. Tasnya juga manis, patut untuk disimpan. :) Seperti layaknya orang Indonesia, saya pun sempet berpikir: wah ada untungnya ketinggalan pesawat, bisa dapet tas imut kayak begini.
Petugas penerbangan pun langsung memesan kamar untuk kami berdua. Xaf masih dalam 'mode' ngedumel, saya sih sudah pasrah, yang penting bisa menginap di hotel nggak harus tidur di kursi bandara. Lagipula, saya kan belum pernah menginjakkan kaki di kota Amsterdam!!
Sewaktu keluar dari bandara, hidung saya langsung diserang bau tak sedap. Wah, bener ternyata, kota Belanda beraroma kandang! (pernah baca di blog yang saya lupa namanya) Setelah menunggu beberapa menit akhirnya bis hotel tiba, Xaf masih ngomel, pesimis akan kamar hotel yang menanti. Sampai di hotel, saya persis kayak orang udik...celingak celinguk sambil terpana. Hotelnya bagus banget, hotel internasional bintang 4! Interior designnya apik dan mewah, semuanya mengkilap sangking bersihnya, kami bahkan diberi pilihan "Would you like to have double-bed or king-size bed?" Astaga, seumur-umur saya belum pernah ngeliat king-size bed di depan mata.
Pihak penerbangan ternyata cukup efisien dan sudah lama bekerja sama dengan pihak hotel, jadi kami pun langsung diberi kunci kamar tanpa banyak pertanyaan. Sampai di kamar, saya langsung terkagum-kagum, mimpi apa bisa menginap di hotel semewah ini gratis?! Coba saya belum menghabiskan film di kamera saya, pasti saya sudah sibuk jepret sana sini. Isi kamarnya persis seperti katalog toko perabotan ternama di Eropa. Saya kagum!
Ah, ternyata terdampar di Amsterdam tidaklah seburuk yang kami kira.
It was the first time for me to exit an airport without passing through passport control. It was the first time for me to see Amsterdam. It was the first time for me to sleep in King-size bed. It was the first time (and hopefully not the last time) for me to stay in 4 stars hotel for free.
2 Comments:
Hehehe.. aduh pit seru juga, satuuu aja yang kurang nih..
F O T O please...
Masih nyimpan email gua kan tentang upload foto, kapan2 upload yaa..
By Anonymous, at October 19, 2005 12:39 PM
wah enaknya ke amsterdam
mau donk
By Husna Ziadah, at February 03, 2008 9:27 AM
Post a Comment
<< Home