<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d11664549\x26blogName\x3danother+try\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://bla3x.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://bla3x.blogspot.com/\x26vt\x3d4702894869577277822', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

another try

Monday, June 06, 2005

Nonton film

Kemarin malam saya pergi ke bioskop bersama teman2 untuk nonton The Interpreter, film barunya Nicole Kidmann dan Sean Pean. Saya nggak akan mencoba memberikan kritik film. Tidak patut rasanya dengan pengetahuan saya tentang film yang hanya terbatas pada nama2 karakter film kartun Walt Disney, untuk saya mencoba memberikan kritik. Tapi kalo ditanya, do you like it? Saya akan bilang, iya. Paling enggak film itu jauh lebih baik dibandingkan dengan Star Wars 3 (I want my money back!!)

Akhir film, di antara kami berlima, dua teman saya kurang atau bahkan tidak menyukai film itu sama sekali. Flo, teman saya yang ngebet nonton film itu dan sangat menyukai si film, langsung terbelalak tidak percaya. Kok bisa? Apa yang tidak disukai? Jadilah diskusi rada panjang di depan bioskop, berdiri di pinggir jalan sambil 'menikmati' udara dingin malam. Akhir diskusi, teman saya yang keukeuh tidak suka ama si film tanya, do you understand the movie? Menurut dia, the understanding of the movie will influence whether you like it or not. Good point! Then Flo answered, ...each person might understand film differently, and it can be different from how the movie intended to be understood. Good answer!

Inilah kuncinya, understanding. Mungkin bagi saya, Star Wars itu film kacangan. Tapi bagi Xaf yang sempet terkagum2 sewaktu nonton film Star Wars tahun 80 an, Star Wars itu film klasik. Princess Lea pun menjadi sexual fantasy bagi anak laki2 yang kena demam Star Wars era 80-an, dan setiap anak laki2 bermimpi jadi seorang Jedi.

Tapi kalo dipikir2, pemahaman kita akan film itu tidak hanya ditentukan oleh personal taste. Saya rasa kadang profesi saya sebagai pelajar dan asisten di Political Science Department, membuat saya menonton film dengan pola pikir, 'pigura', tertentu. Kalau orang yang menonton The Interpreter kagum akan akting dua aktor utama, saya malah lebih memperhatikan latar belakang. Latar belakang UN, perang sipil, politik diplomasi, dan ending yang over-simplification. Dan kegemaran saya akan psikologi manusia (bukan ahli lho, hanya senang mengamati saja) membuat saya terpaku akan perang batin di dalam dan antara kedua tokoh utama. Begitu juga dengan Kingdom of Heaven, saya lebih tertarik akan politic of religion yang tersirat di dalam film tersebut. Walaupun harus saya akui, pesan kemanusiaan di balik film tersebut sangat diterima di tengah2 dunia yang makin rusuh.

Saya kadang suka merasa tersesat ketika harus menonton film2 lama yang berlatar belakang pre-modern Europe. Akhir cerita biasanya saya merasa bodoh sekali, merasa tidak mengerti. Isn't it normal, for me, non European, not to understand the movie as I am not familiar with European history and culture? Coba deh orang2 Eropa disuruh nonton film Siti Nurbaya, apa mereka bisa mengapresiasi cerita film tersebut seperti halnya saya yang setengah Minang?

Sekarang saya selalu bilang ke diri saya sendiri, tidak apa2 kalau tidak mengerti atau bisa mengapresiasi film yang 'sophisticated'. Tidak harus menyukai sesuatu hanya karena kritikus film memuja-muja film tersebut. Saya memang bukan ahli film, saya hanya penonton awam dengan jendela pemahaman tersendiri.

At least I can have such a good time just by watching Disney's cartoon. Next movie: Madagascar!

1 Comments:

  • selain penyuguh gagasan, film itu juga merupakan bisnis. selebihnya kemudian adalah hiburan. jadi dinikmati aja :) syukur-syukur dapat mengambil pelajaran.

    By Blogger imponk, at June 06, 2005 6:45 PM  

Post a Comment

<< Home