Ganti jam
Kemaren akhirnya kami masuk ke jam musim dingin (l'heure d'hiver), itu artinya jamnya diundur satu jam. Tidur pun bisa dapet satu jam ekstra, tapi seluruh jam di rumah harus diganti, diundur satu jam.
Sampai sekarang saya masih sering kagok kalo disuruh gonta-ganti jam kayak gini. Jam musim dingin sih enak..nah pas musti ganti jam musim panas (l'heure d'été), tidur pun jadi berkurang satu jam.
Pas jam musim panas, waktu pun dimajuin satu jam. Jadi yang tadinya jam 7 pagi jadi jam 8 pagi. Artinya, kalau harus bangun jam 7, musti bangun jam 6 pagi..rugi kan. Tapi enaknya, hari pun menjadi lebih panjang. Sering denger kan kalau di Eropa musim panas harinya (saat dimana kita masih bisa melihat matahari) itu dari jam 6 pagi sampai 9 malem. Pergantian jam itu salah satu yang mempengaruhi kenapa hari terasa lebih panjang (di samping letak benua Eropa pada globe bumi tentunya).
Sejarahnya gonta-ganti jam ini belum lama lho. Awalnya dimulai pada saat krisis minyak pada tahun 1970-an (jaman-jaman jayanya Indonesia dan berbagai negara pengekspor minyak lainnya). Waktu krisis minyak tersebut, harga minyak menjadi berlipat ganda dan minyak pun menjadi barang langka. Berhubung minyak diperlukan untuk seluruh industri dan berbagai keperluan sehari-hari lainnya, pemerintah Swiss (dan beberapa negara Eropa lainnya, kalau nggak salah) memutuskan memajukan satu jam.
Memang pengaruhnya apaan? Banyak. Bayangkan, itu berarti negara ini menghemat satu jam pemakaian minyak, kan satu jam dianggap hilang. Jadi kalau ditetapkan pada tanggal sekian waktu dimajukan satu jam pada jam 12 malem, pada waktu jam menunjukkan 24.00, semua jam dimajukan menjadi jam 01.00. Ini artinya waktu antara 24.00-01.00 tidak eksis. Tapi kemudian 'hilang'nya waktu ini pun diganti pada waktu pergantian jam di musim dingin, dengan diundurnya waktu selama satu jam. Artinya kalau tanggal X harus ganti waktu musim dingin pada jam 12 malam, sewaktu jam menunjukkan pukul 24.00, seluruh jam diundur menjadi 23.00. Artinya waktu 23.00-24.00 berulang dua kali, dua jam. Impas kan. :)
Terlepas dari alasan di balik kebijakan tahun 1970 an tersebut, pergantian jam ini cukup merusak ritme biologis. Ya..mirip-mirip jet-lag deh. Untuk manusia dewasa mungkin hanya berpengaruh pada waktu tidur atau ketika merasa lapar. Efek pergantian jam ini lebih berpengaruh pada hewan dan anak kecil. Contohnya, sapi yang memiliki jadwal perah teratur suka kaget kalau prosedurnya terlambat satu jam atau lebih awal satu jam. Ini dikarenakan hewan hanya memiliki satu pengertian akan waktu, biologis. Kan sampai saat ini belum ada hewan yang bisa membaca jam tangan. :)
Sampai sekarang saya masih sering kagok kalo disuruh gonta-ganti jam kayak gini. Jam musim dingin sih enak..nah pas musti ganti jam musim panas (l'heure d'été), tidur pun jadi berkurang satu jam.
Pas jam musim panas, waktu pun dimajuin satu jam. Jadi yang tadinya jam 7 pagi jadi jam 8 pagi. Artinya, kalau harus bangun jam 7, musti bangun jam 6 pagi..rugi kan. Tapi enaknya, hari pun menjadi lebih panjang. Sering denger kan kalau di Eropa musim panas harinya (saat dimana kita masih bisa melihat matahari) itu dari jam 6 pagi sampai 9 malem. Pergantian jam itu salah satu yang mempengaruhi kenapa hari terasa lebih panjang (di samping letak benua Eropa pada globe bumi tentunya).
Sejarahnya gonta-ganti jam ini belum lama lho. Awalnya dimulai pada saat krisis minyak pada tahun 1970-an (jaman-jaman jayanya Indonesia dan berbagai negara pengekspor minyak lainnya). Waktu krisis minyak tersebut, harga minyak menjadi berlipat ganda dan minyak pun menjadi barang langka. Berhubung minyak diperlukan untuk seluruh industri dan berbagai keperluan sehari-hari lainnya, pemerintah Swiss (dan beberapa negara Eropa lainnya, kalau nggak salah) memutuskan memajukan satu jam.
Memang pengaruhnya apaan? Banyak. Bayangkan, itu berarti negara ini menghemat satu jam pemakaian minyak, kan satu jam dianggap hilang. Jadi kalau ditetapkan pada tanggal sekian waktu dimajukan satu jam pada jam 12 malem, pada waktu jam menunjukkan 24.00, semua jam dimajukan menjadi jam 01.00. Ini artinya waktu antara 24.00-01.00 tidak eksis. Tapi kemudian 'hilang'nya waktu ini pun diganti pada waktu pergantian jam di musim dingin, dengan diundurnya waktu selama satu jam. Artinya kalau tanggal X harus ganti waktu musim dingin pada jam 12 malam, sewaktu jam menunjukkan pukul 24.00, seluruh jam diundur menjadi 23.00. Artinya waktu 23.00-24.00 berulang dua kali, dua jam. Impas kan. :)
Terlepas dari alasan di balik kebijakan tahun 1970 an tersebut, pergantian jam ini cukup merusak ritme biologis. Ya..mirip-mirip jet-lag deh. Untuk manusia dewasa mungkin hanya berpengaruh pada waktu tidur atau ketika merasa lapar. Efek pergantian jam ini lebih berpengaruh pada hewan dan anak kecil. Contohnya, sapi yang memiliki jadwal perah teratur suka kaget kalau prosedurnya terlambat satu jam atau lebih awal satu jam. Ini dikarenakan hewan hanya memiliki satu pengertian akan waktu, biologis. Kan sampai saat ini belum ada hewan yang bisa membaca jam tangan. :)
4 Comments:
Kalau dipikir2 emang ngaruh juga ke ritme biologis ya. Paling ideal memang negara kita, pas di garis khatulistiwa. Nggak ada musim dingin yang mengigit, bisa produktif sepanjang tahun :)
By Anonymous, at October 31, 2005 8:02 PM
saya biasa tidur 2 jam tiap hari antara jam 5 hingga 7 pagi, duh kalo ada ubah-ubah jam gitu beneran deh dakuwh jadi zombie :D
By Anonymous, at November 01, 2005 2:05 AM
Na, dikau sakti amat tidur cuma 2 jam. Saya kalau tidurnya cuma 6 jam aja bisa sewot seharian, dan disingkirin sama orang sekitar. Aura galak nya keluar, gitu katanya.
By Pipit, at November 01, 2005 2:31 PM
nambah waktu tidur sejam ? lumayan tuh..
he..he..
By nl, at November 01, 2005 4:01 PM
Post a Comment
<< Home