Pipit = serius = membosankan
"Pit, kok blog eloe kayak kuliah sih? Serius amat! Nggak berubah nih, pelajaran melulu." Begitu komentar singkat salah satu teman baik saya sewaktu akhirnya berhasil saya paksa membaca tulisan saya.
Saya yang dikomentarin cuma bisa merenung dan menghela napas.
Lagi jalan-jalan ngalor ngidul sambil jelalatan melihat-lihat etalase toko yang dipenuhi dengan tulisan "Soldes" (diskon, red), teman Philipina saya tiba-tiba nyeletuk
"Look at that suit, it's so you."
"Why?"
"It's so you, serious, sharp and formal."
Jadi inget waktu teman baik saya di Indonesia dengan semangat menunjuk sepasang sepatu formal, sederhana, dengan hak rendah sambil bilang, "Pit, sepatu eloe banget nih."
Sama juga sewaktu mama sibuk memilih model kebaya untuk saya untuk acara keluarga, pacar adik saya yang kebetulan nganterin dengan santainya bilang, "Kak pipit dipilihin model yang paling sederhana aja. Kan dia senengnya yang sederhana."
Duh..kenapa sih saya selalu diidentikkan dengan kata serius, pelajaran, formal, sederhana (plain would be in English) yang sangat bisa diinterpretasikan sebagai membosankan.
Kadang pengen bisa dianggap sebagai seorang yang lucu, menghibur, menyenangkan, dan santai. Pengen bisa menulis hal yang ringan-ringan, atau menjalani hidup dengan ringan. Pengen bisa berada di kerumunan tanpa secara otomatis melihat sekeliling dengan kaca mata pengamat sosial. Atau sekedar mengikuti arus tanpa mempertanyakan darimana arus itu berasal dan mengapa saya harus mengikutinya.
Tapi salah saya juga mungkin. Saya memilih untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang tidak bisa dibilang santai atau menghibur, tapi lebih ke kegiatan yang membuat saya lebih tahu dan akhirnya membuat kepala saya semakin penuh dengan berbagai pertanyaan dan renungan yang tidak ada habisnya.
Bayangkan, musim panas seperti ini bukannya diisi dengan liburan, saya malah sibuk berpartisipasi di acara diskusi yang membuat saya jadi tahu tentang berbagai masalah yang menimpa para indigenous people di seluruh dunia. Hari-hari saya pun dipenuhi dengan membaca berbagai laporan tentang penderitaan dan penyiksaan yang dialami oleh para indigenous people, mendengarkan permohonan mereka akan penghormatan hak asasi mereka, atau melihat gambar dan rekaman yang membuat siapa pun mempertanyakan kemanakah rasa kemanusiaan telah terbuang.
Ah...mungkin sudah nasib saya untuk menjadi orang yang membosankan dan menjalani hidup yang 'membosankan' pula.
Saya yang dikomentarin cuma bisa merenung dan menghela napas.
Lagi jalan-jalan ngalor ngidul sambil jelalatan melihat-lihat etalase toko yang dipenuhi dengan tulisan "Soldes" (diskon, red), teman Philipina saya tiba-tiba nyeletuk
"Look at that suit, it's so you."
"Why?"
"It's so you, serious, sharp and formal."
Jadi inget waktu teman baik saya di Indonesia dengan semangat menunjuk sepasang sepatu formal, sederhana, dengan hak rendah sambil bilang, "Pit, sepatu eloe banget nih."
Sama juga sewaktu mama sibuk memilih model kebaya untuk saya untuk acara keluarga, pacar adik saya yang kebetulan nganterin dengan santainya bilang, "Kak pipit dipilihin model yang paling sederhana aja. Kan dia senengnya yang sederhana."
Duh..kenapa sih saya selalu diidentikkan dengan kata serius, pelajaran, formal, sederhana (plain would be in English) yang sangat bisa diinterpretasikan sebagai membosankan.
Kadang pengen bisa dianggap sebagai seorang yang lucu, menghibur, menyenangkan, dan santai. Pengen bisa menulis hal yang ringan-ringan, atau menjalani hidup dengan ringan. Pengen bisa berada di kerumunan tanpa secara otomatis melihat sekeliling dengan kaca mata pengamat sosial. Atau sekedar mengikuti arus tanpa mempertanyakan darimana arus itu berasal dan mengapa saya harus mengikutinya.
Tapi salah saya juga mungkin. Saya memilih untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang tidak bisa dibilang santai atau menghibur, tapi lebih ke kegiatan yang membuat saya lebih tahu dan akhirnya membuat kepala saya semakin penuh dengan berbagai pertanyaan dan renungan yang tidak ada habisnya.
Bayangkan, musim panas seperti ini bukannya diisi dengan liburan, saya malah sibuk berpartisipasi di acara diskusi yang membuat saya jadi tahu tentang berbagai masalah yang menimpa para indigenous people di seluruh dunia. Hari-hari saya pun dipenuhi dengan membaca berbagai laporan tentang penderitaan dan penyiksaan yang dialami oleh para indigenous people, mendengarkan permohonan mereka akan penghormatan hak asasi mereka, atau melihat gambar dan rekaman yang membuat siapa pun mempertanyakan kemanakah rasa kemanusiaan telah terbuang.
Ah...mungkin sudah nasib saya untuk menjadi orang yang membosankan dan menjalani hidup yang 'membosankan' pula.
9 Comments:
Pipit is a very smart and attractive woman, whose life making me jealous :)
By Anonymous, at August 09, 2006 2:05 PM
mungkin "kegiatan yang membuat saya lebih tahu dan akhirnya membuat kepala saya semakin penuh dengan berbagai pertanyaan dan renungan yang tidak ada habisnya" adalah kegiatan yang "santai atau menghibur" untuk seorang pipit. :)
so, as long as you enjoy what you're doing... ;)
By Anonymous, at August 10, 2006 2:37 AM
selama yang menjalaninya tidak merasa bosan ya gak masyalah, too? yang penting jeng pipit bahagia! ;)
By loucee, at August 10, 2006 4:14 AM
Kupikir mbak Pipit nyindir aku hihihi... (sok GR banget). Gak masalah kan, kita jadi mudah dicirikan hehehe (membela diri).
By Anonymous, at August 10, 2006 4:33 AM
apa ungkapan/kritikan "kita selalu serius" justru menjadi pembuktian bahwa masyarakat kita ga pernah serius? LOL...
By Anonymous, at August 10, 2006 6:09 AM
Ollie: Aduh..ollie, saya jadi tersipu-sipu. Baik banget deh. No need to be jealous, a writer's life must be a great one! :)
Mahli: Mungkin ya, tapi kadang suka capek juga. Tapi kalau disuruh santai-santai pun juga nggak bisa, baru 2 hari udah pengen cari aktivitas baru.
Loucee: Tul...tul, saya sih nggak bosen dengan kesibukan saya. Tapi bosen diidentikkan dengan 'dunia dalam berita'. Pengen sekali-kali dianalogikan dengan 'ketoprak humor', menghibur..hihihi.
Lita: Dohh...nggak nyindir kok. Ini kan curhat..curhat. Bener.
Iya Lit, emang terharu juga temen-temen pada tahu ciri dan 'gaya' saya. Kan artinya mereka perhatian. :)
Hedi: Hihihi..ada-ada aja deh. Nggak setuju ahh kalau ada yang bilang masyarakat kita tidak serius. Banyak kok yang serius, terlalu serius malah. Buktinya masalah dangkalnya bahasa Inggris Putri Indonesia aja sampai heboh..hihi.
Doeljoni: Nothing is wrong with that. I'm just thinking about how would it feel to be different in another way.
Long live Doeljoni!
By Pipit, at August 10, 2006 5:22 PM
mbak Pipit ini kayaknya terbentuk dari adonan yg menarik deh; si perenung & pemikir yg menyenangkan & menceriakan (asal nuduh)
dan sptnya orang2 menilai mbak Pipit dalam suasana yg timpang deh ya; kala yg terlihat adl nuansa keseriusan :-)
By Anonymous, at August 16, 2006 1:21 PM
Guntar: Memang saya kue pakai ada adonannya segala? hihihi...
Mungkin adonannya perlu dirubah, perlu ditambah bubuk keceriaan dan mengurangi takaran renungan. :)
By Pipit, at August 23, 2006 11:50 AM
Buat gua elo sama sekali bukan orang yang membosankan kok Pit. Cuma kadang2 emang agak terlalu serius dalam memandang sesuatu, tepatnya amat kritis. Oya satu hal lagi, sederhana = elegan.
By Anonymous, at August 23, 2006 7:35 PM
Post a Comment
<< Home