Orang Indonesia itu berani!
Salah satu hal yang sangat mengejutkan saya sewaktu pulang adalah banyaknya sepeda motor yang berkeliaran di jalan raya. Jumlahnya sudah berlipat ganda dari waktu terakhir saya pulang kampung. Nyokap aja sampe ikut-ikutan punya sepeda motor, walaupun dia enggan buat menggunakan sepeda motor, karena trauma pernah tabrakan. Alasannya, "murah pit..sekarang bisa cuma kasih uang muka 300-500 ribu, motor sudah bisa dibawa pulang."
Kredit motor yang murah ini ternyata membawa peluang bisnis bagi banyak orang, terutama pemuda. Jadilah sekarang dimana2 tercipta pangkalan ojek. Enak sih, jadi punya transportasi alternatif. Tapi saya pikir2 tukang becak jadi kasihan, karena sekarang kebanyakan orang memilih naek ojek daripada naek becak. Selain lebih cepat, untuk saya pribadi, hati pun terasa lebih ringan. Saya paling suka kasihan kalau pas tanjakan, abang becak terlihat susah payah menggejot becaknya. Kadang saya suka turun dan berjalan di samping becak sampai tanjakannya habis. Tapi bukan itu yang mau dibahas, yang mau dibahas adalah keberanian orang Indonesia dalam bermotor-ria.
Kenapa saya bilang berani, habisnya tidak jarang kita lihat satu keluarga naik motor bersama-sama. Artinya, ayah, ibu, dan kadang sampai tiga orang anak naik motor di jalan raya. Teman saya yang kebetulan lagi berkunjung sampai kaget setengah mati. Dia langsung pucet sambil menunjuk satu motor yang diisi oleh satu keluarga. Dia bilang, baru seumur hidupnya dia melihat hal tersebut, padahal dia sudah sering banget jalan-jalan ke berbagai negara. Komentarnya, "wah orang Indonesia berani sekali ya, apa nggak takut anak bayi yang digendong oleh ibunya itu bisa jatuh?"
Saya juga pernah komentar seperti itu ke nyokap saya, dia dengan tenangnya bilang, "ah nggak usah khawatir pit, mama sama papa juga dulu begitu kok. Naik motor sama kalian bertiga, buktinya aman-aman aja tuh." Benar juga, saya masih ingat bagaimana serunya saya, kakak saya, dan kedua teman saya, naek motor rame2 sewaktu pergi atau pulang sekolah. Saya selalu duduk di depan (berhubung yang paling kecil), dan saya masih inget senangnya saya menikmati angin dingin di pagi hari menerpa rambut dan membangunkan saya selama perjalanan ke sekolah.
Jadi orang Indonesia itu berani lho! Saya rasa persepsi akan bahaya berbeda sekali dengan teman saya yang orang Eropa. Kadang sistem keamanan di Eropa membuat para penduduknya jadi tidak terbiasa untuk mengambil resiko. Xaf saja selalu was-was kalau harus berjalan jauh naik bis, sedangkan saya dengan cueknya pulas tertidur, percaya sepenuhnya kalau perjalanan akan berjalan dengan aman.
Tapi saya punya pengakuan nih, sekarang saya jadi penakut. Saya paling takut kalau disuruh naik ojek atau naik motor. Takut naik ojek setelah membaca dan mendengar berita tentang berbagai kriminalitas atas penumpang ojek oleh tukang ojek. Memang nggak rasional sih, kan tidak semua tukang ojek itu bersifat kriminal.
Singkat cerita akhirnya saya terpaksa naik ojek, gara-gara nyokap yang salah memberikan informasi. Waktu pak Satpam ngeliat saya yang ragu2 untuk naik ojek dia dengan ramahnya memanggil salah satu tukang ojek, dan meyakinkan saya kalau si Mas bisa dipercaya. Jadilah saya naik ojek. Saya sudah sibuk komat-kamit membaca segala macam doa. Bagaimana saya tidak was-was, wong helmnya aja tidak ada kaitan pengamannya. Jadi kalau saya jatuh, helm tersebut tidak akan melindungi kepala saya!
Jalanan macet, maklum di depan pasar utama. Tukang ojek pun dengan lihainya meliuk-liuk di tengah-tengah mobil yang sudah berdesak-desakkan. Saya mau pingsan rasanya, habisnya dengkul saya kadang cuma 5 centimeter dari sisi mobil atau bahkan bis kota! Satu tangan pegangan ke motor, satu tangan sibuk mengempit tas tangan, dan dengkul sibuk menyesuaikan diri supaya tidak menyenggol mobil di kanan dan kiri, dan saya masih harus berkonsentrasi dengan helm yang sudah siap mau terbang dari kepala.
Saya sampai dengan selamat ke tujuan. Sewaktu kaki menyentuh tanah, saya langsung mengucapkan Alhamdulillah dan berusaha menenangkan jantung yang dug..dug. Saya langsung membatin, "...kalau nggak terpaksa, nggak lagi-lagi deh naik ojek."
Kredit motor yang murah ini ternyata membawa peluang bisnis bagi banyak orang, terutama pemuda. Jadilah sekarang dimana2 tercipta pangkalan ojek. Enak sih, jadi punya transportasi alternatif. Tapi saya pikir2 tukang becak jadi kasihan, karena sekarang kebanyakan orang memilih naek ojek daripada naek becak. Selain lebih cepat, untuk saya pribadi, hati pun terasa lebih ringan. Saya paling suka kasihan kalau pas tanjakan, abang becak terlihat susah payah menggejot becaknya. Kadang saya suka turun dan berjalan di samping becak sampai tanjakannya habis. Tapi bukan itu yang mau dibahas, yang mau dibahas adalah keberanian orang Indonesia dalam bermotor-ria.
Kenapa saya bilang berani, habisnya tidak jarang kita lihat satu keluarga naik motor bersama-sama. Artinya, ayah, ibu, dan kadang sampai tiga orang anak naik motor di jalan raya. Teman saya yang kebetulan lagi berkunjung sampai kaget setengah mati. Dia langsung pucet sambil menunjuk satu motor yang diisi oleh satu keluarga. Dia bilang, baru seumur hidupnya dia melihat hal tersebut, padahal dia sudah sering banget jalan-jalan ke berbagai negara. Komentarnya, "wah orang Indonesia berani sekali ya, apa nggak takut anak bayi yang digendong oleh ibunya itu bisa jatuh?"
Saya juga pernah komentar seperti itu ke nyokap saya, dia dengan tenangnya bilang, "ah nggak usah khawatir pit, mama sama papa juga dulu begitu kok. Naik motor sama kalian bertiga, buktinya aman-aman aja tuh." Benar juga, saya masih ingat bagaimana serunya saya, kakak saya, dan kedua teman saya, naek motor rame2 sewaktu pergi atau pulang sekolah. Saya selalu duduk di depan (berhubung yang paling kecil), dan saya masih inget senangnya saya menikmati angin dingin di pagi hari menerpa rambut dan membangunkan saya selama perjalanan ke sekolah.
Jadi orang Indonesia itu berani lho! Saya rasa persepsi akan bahaya berbeda sekali dengan teman saya yang orang Eropa. Kadang sistem keamanan di Eropa membuat para penduduknya jadi tidak terbiasa untuk mengambil resiko. Xaf saja selalu was-was kalau harus berjalan jauh naik bis, sedangkan saya dengan cueknya pulas tertidur, percaya sepenuhnya kalau perjalanan akan berjalan dengan aman.
Tapi saya punya pengakuan nih, sekarang saya jadi penakut. Saya paling takut kalau disuruh naik ojek atau naik motor. Takut naik ojek setelah membaca dan mendengar berita tentang berbagai kriminalitas atas penumpang ojek oleh tukang ojek. Memang nggak rasional sih, kan tidak semua tukang ojek itu bersifat kriminal.
Singkat cerita akhirnya saya terpaksa naik ojek, gara-gara nyokap yang salah memberikan informasi. Waktu pak Satpam ngeliat saya yang ragu2 untuk naik ojek dia dengan ramahnya memanggil salah satu tukang ojek, dan meyakinkan saya kalau si Mas bisa dipercaya. Jadilah saya naik ojek. Saya sudah sibuk komat-kamit membaca segala macam doa. Bagaimana saya tidak was-was, wong helmnya aja tidak ada kaitan pengamannya. Jadi kalau saya jatuh, helm tersebut tidak akan melindungi kepala saya!
Jalanan macet, maklum di depan pasar utama. Tukang ojek pun dengan lihainya meliuk-liuk di tengah-tengah mobil yang sudah berdesak-desakkan. Saya mau pingsan rasanya, habisnya dengkul saya kadang cuma 5 centimeter dari sisi mobil atau bahkan bis kota! Satu tangan pegangan ke motor, satu tangan sibuk mengempit tas tangan, dan dengkul sibuk menyesuaikan diri supaya tidak menyenggol mobil di kanan dan kiri, dan saya masih harus berkonsentrasi dengan helm yang sudah siap mau terbang dari kepala.
Saya sampai dengan selamat ke tujuan. Sewaktu kaki menyentuh tanah, saya langsung mengucapkan Alhamdulillah dan berusaha menenangkan jantung yang dug..dug. Saya langsung membatin, "...kalau nggak terpaksa, nggak lagi-lagi deh naik ojek."
3 Comments:
Gua jadi inget elo kan pernah belajar naik motor sampe jatuh2 segala kan dulu, kelamaan tinggal di eropa elo jadi penakut gini hehehe..
Bagi gua asal nggak terlalu jauh, naik ojek lebih efisien waktu dibanding angkutan umum lainnya, apalagi jakarta. Memang sih nyalip2, tapi percaya deh tuh tukang ojek jam terbangnya lumayan makanya dia berani :)
Andainyaa di singapura ada ojek, bahagianyaa..
By Anonymous, at August 03, 2005 12:08 PM
Dulu mau ke Halimun dari parung kuda, blom ada kendaraan utk. disewa/charter, jadi sisa rombongan naik ojek. Wkt itu udah malem, gue dan temen2 masing2 ambil ojek. Serem juga cara nyetir si tukang ojek, krn kepala hampir menyentuh body truk yang berjalan berlawanan arah...tau2...akhirnya gua jatuh krn motornya jatuh, tau ga knp? si tukang ojeknya mabok!!!!
gile...deh. Ngga papa sih, ngga luka sama sekali...
Tp pengalaman2 naik ojek lainnya sip2 aja..Alhamdullilah....
By Anonymous, at August 03, 2005 5:39 PM
Sehabis itu saya tetap harus naik ojek beberapa kali sih. Tapi ya itu, setiap acara naik ojek pasti dibarengi dengan berbagai doa dan perasaan bahwa umur saya sebentar lagi akan berakhir. Mungkin trauma jatuh dari motor waktu belajar dulu..:)
By Pipit, at August 08, 2005 11:36 AM
Post a Comment
<< Home