Ide penanggulangan sampah
Sebelum mudik dan berpisah dengan sambungan internet ADSL yang nggak bikin hati pengen nendang layar komputer, mendingan saya nulis ide tentang sampah yang udah lama kepikiran.
Setelah "studi banding" di sini yang bersih banget, saya jadi punya ide yang mungkin bisa membantu (walaupun sedikit) masalah sampah di kota2 besar Indonesia.
Pertama, gunakanlah sampah biologis untuk pembuatan pupuk. Saya rasa sampah biologis atau rumah tangga merupakan salah satu tipe sampah yang terbanyak di Indonesia. Kenapa nggak dicoba untuk memanfaatkan sampah ini untuk pembuatan pupuk tanaman? Salah satu caranya mungkin dengan membangun sistem penimbunan sampah di dalam tanah yang kemudian akan menghasilkan kompos. Mekanisme ini lebih baik dibuat di daerah yang dekat dengan daerah pertanian atau perkebunan. Di dekat setiap kota besar pasti ada daerah luar kota yang dimanfaatkan untuk sawah atau ladang kan? Nah dengan membangun "pabrik" kompos di daerah tersebut, petani pun bisa memanfaatkan kompos yang dihasilkan. Bagusnya sih diberi secara gratis, atau, kalaupun harus dijual cukup dengan harga minimal. Pembangunan mekanisme ini juga bisa menciptakan lapangan kerja lho. Kan bisa memberikan peluang bagi mereka yang mau mengemas kompos untuk dijadikan pupuk tanaman pot atau taman.
Untuk mendukung rencana ini, setiap rumah tangga harus mulai untuk memisahkan sampah biologis. Dan petugas kebersihan pun harus selalu menyiapkan transportasi yang mengangkut sampah biologis ini. Sistem ini pun bisa membantu kebersihan pasar tradisional. Sampah sayuran atau bahan makanan lainnya tidak dibiarkan menggunung di penampungan sampah di tepi pasar, tapi langsung diangkut ke "pabrik kompos". Dengan catatan para pengguna pasar (terutama penjual) sadar kalau mereka harus memisahkan sampah mereka. Cukup diberi penyuluhan tentang keuntungan yang mereka bisa dapat, pasar yang lebih bersih, saya rasa nggak ada ruginya bagi mereka untuk mengikuti program pemisahan sampah. Asal, tidak ada pungli2 liar dan di setiap sudut pasar disediakan tempat penampungan sampah biologis.
Kedua, gantilah kantong plastik dengan kantong kertas. Saran ini lebih bagi pemilik supermarket. Di sini setiap supermarket menyediakan kantong belanja yang terbuat dari kertas. Kuat banget..serius. Saya sering bawa buku kuliah pakai kantong kertas ini dan kadang sampai 20 buku tetap kuat. (Buku saya tebelnya bisa dibuat bantal kadang)
Keuntungan sistem kantong kertas ini ada banyak. 1) Mengurangi jumlah kantong plastik yang beredar di pasaran yang kemudian bertebaran di jalan atau penampungan sampah. Plastik memerlukan waktu yang lebih lama daripada kertas untuk terurai secara alami. 2) Kantung kertas ini berhubung sangat awet, kuat, dan praktis, dapat digunakan kembali. Jadi bagi para pelanggan, mereka bisa menggunakan satu kantong kertas selama berbulan-bulan sewaktu berbelanja. Ini artinya menghemat sumber daya. Pihak supermarket pun bisa mengurangi pengeluaran pembelian kantung plastik. 3) Berhubung kantung kertas ini tidak disediakan secara gratis, pihak supermarket pun nggak akan rugi. Terlebih lagi, di kantung kertas ini bisa dipenuhi dengan berbagai iklan supermarket. Di sini contohnya, setiap beberapa bulan sekali gambar temanya diganti, dan tentu saja logo supermarket sangat mencolok. Artinya, iklan gratis! 4) Apabila kantung kertas didesign dengan apik dan menarik, para pelanggan pun akan menggunakan kantung kertas tersebut untuk berbagai keperluan. Ini tentu saja membantu pemasaran supermarket yang mengeluarkan kantung kertas tersebut tentunya. Contohnya, siapa sih yang nggak bangga kular kilir sambil menenteng kantung kertas belanjaan berlabel Gucci, Armani, atau Manggo. Nah supermarket pun bisa melakukan hal yang sama. Kantung kertas berlabel Matahari, Ramayana, atau Carrefour (ada di Indo nggak sih?) asal apik dan kuat bakal ditenteng-tenteng kemana aja.
Intinya, kantung kertas akan menguntungkan konsumen dan produser. Konsumen bisa mendapatkan media untuk membawa berbagai keperluannya, dan produser mendapatkan uang dan pemasaran gratis. Plus, alam pun jadi kurang terbebani oleh sampah plastik.
Ketiga, kurangi penggunaan atau gunakan kembali kantung plastik. Di sini banyak teman-teman saya yang menggunakan kembali kantong plastik mereka. Terkadang mereka menyimpan kantong plastik dari supermarket untuk belanja mereka berikutnya. Dan bagi mereka yang benar2 perduli lingkungan, mereka menolak untuk memakai kantong plastik. Kadang mereka menaruh belanjaan mereka di tas ransel. Pas saya tanya mereka biasanya menjawab, "gue lupa kantung kertas gue di rumah, dan gue nggak mau pakai kantong plastik pit. Polusi." Jadi kenapa nggak dicontoh? Siapkan selalu kantung plastik di dalam tas, dan ketika berbelanja cukup masukkan belanjaan ke kantong plastik yang sudah disiapkan. Tidak perlu meminta kantong plastik baru. Mengurangi penggunaan kantong plastik artinya mengurangi sampah kantong plastik.
Keempat, gunakan kertas dengan maksimal. Strategi yang bisa digunakan bermacam-macam. 1) Di kantor, kertas print yang gagal jangan langsung dibuang. Kenapa nggak dikumpulkan rapi-rapi dan bisa digunakan kembali untuk print draft surat atau dipotong2 untuk dijadikan memo? Dengan catatan print out yang di kertas nggak membongkar rahasia perusahaan. Kertas pun tidak terbuang percuma dan perusahaan bisa menghemat membeli kertas2 kecil memo yang harganya cukup bikin geleng2 kepala. 2) Sehabis tahun ajaran baru, kadang buku tulis yang digunakan oleh pelajar tidak habis (pengalaman pribadi). Lembaran buku yang kosong bisa digunakan kembali untuk membuat buku tulis. Saya pernah coba sendiri dan hasilnya lumayan lho. Cukup kumpulkan lembaran2 buku tulis kemudian dijilid. Untuk mereka yang kreatif bisa mencoba membuat sampul buku yang menarik (salah satu kegiatan yang bisa dilakukan di kelas bersama). Kemudian sisi2 buku cukup dirapikan dengan pisau pemotong kertas. Buku2 daur ulang ini pun bisa dipakai kembali atau dibagikan kepada mereka yang kurang mampu. Mengurangi sampah dan menambah amal.
Sebenarnya masih ada ide2 lain yang terpikirkan. Tapi saya harus siap2 kalau nggak mau ketinggalan pesawat. Nanti disambung lagi deh...atau ada yang mau berbagi ide?
Setelah "studi banding" di sini yang bersih banget, saya jadi punya ide yang mungkin bisa membantu (walaupun sedikit) masalah sampah di kota2 besar Indonesia.
Pertama, gunakanlah sampah biologis untuk pembuatan pupuk. Saya rasa sampah biologis atau rumah tangga merupakan salah satu tipe sampah yang terbanyak di Indonesia. Kenapa nggak dicoba untuk memanfaatkan sampah ini untuk pembuatan pupuk tanaman? Salah satu caranya mungkin dengan membangun sistem penimbunan sampah di dalam tanah yang kemudian akan menghasilkan kompos. Mekanisme ini lebih baik dibuat di daerah yang dekat dengan daerah pertanian atau perkebunan. Di dekat setiap kota besar pasti ada daerah luar kota yang dimanfaatkan untuk sawah atau ladang kan? Nah dengan membangun "pabrik" kompos di daerah tersebut, petani pun bisa memanfaatkan kompos yang dihasilkan. Bagusnya sih diberi secara gratis, atau, kalaupun harus dijual cukup dengan harga minimal. Pembangunan mekanisme ini juga bisa menciptakan lapangan kerja lho. Kan bisa memberikan peluang bagi mereka yang mau mengemas kompos untuk dijadikan pupuk tanaman pot atau taman.
Untuk mendukung rencana ini, setiap rumah tangga harus mulai untuk memisahkan sampah biologis. Dan petugas kebersihan pun harus selalu menyiapkan transportasi yang mengangkut sampah biologis ini. Sistem ini pun bisa membantu kebersihan pasar tradisional. Sampah sayuran atau bahan makanan lainnya tidak dibiarkan menggunung di penampungan sampah di tepi pasar, tapi langsung diangkut ke "pabrik kompos". Dengan catatan para pengguna pasar (terutama penjual) sadar kalau mereka harus memisahkan sampah mereka. Cukup diberi penyuluhan tentang keuntungan yang mereka bisa dapat, pasar yang lebih bersih, saya rasa nggak ada ruginya bagi mereka untuk mengikuti program pemisahan sampah. Asal, tidak ada pungli2 liar dan di setiap sudut pasar disediakan tempat penampungan sampah biologis.
Kedua, gantilah kantong plastik dengan kantong kertas. Saran ini lebih bagi pemilik supermarket. Di sini setiap supermarket menyediakan kantong belanja yang terbuat dari kertas. Kuat banget..serius. Saya sering bawa buku kuliah pakai kantong kertas ini dan kadang sampai 20 buku tetap kuat. (Buku saya tebelnya bisa dibuat bantal kadang)
Keuntungan sistem kantong kertas ini ada banyak. 1) Mengurangi jumlah kantong plastik yang beredar di pasaran yang kemudian bertebaran di jalan atau penampungan sampah. Plastik memerlukan waktu yang lebih lama daripada kertas untuk terurai secara alami. 2) Kantung kertas ini berhubung sangat awet, kuat, dan praktis, dapat digunakan kembali. Jadi bagi para pelanggan, mereka bisa menggunakan satu kantong kertas selama berbulan-bulan sewaktu berbelanja. Ini artinya menghemat sumber daya. Pihak supermarket pun bisa mengurangi pengeluaran pembelian kantung plastik. 3) Berhubung kantung kertas ini tidak disediakan secara gratis, pihak supermarket pun nggak akan rugi. Terlebih lagi, di kantung kertas ini bisa dipenuhi dengan berbagai iklan supermarket. Di sini contohnya, setiap beberapa bulan sekali gambar temanya diganti, dan tentu saja logo supermarket sangat mencolok. Artinya, iklan gratis! 4) Apabila kantung kertas didesign dengan apik dan menarik, para pelanggan pun akan menggunakan kantung kertas tersebut untuk berbagai keperluan. Ini tentu saja membantu pemasaran supermarket yang mengeluarkan kantung kertas tersebut tentunya. Contohnya, siapa sih yang nggak bangga kular kilir sambil menenteng kantung kertas belanjaan berlabel Gucci, Armani, atau Manggo. Nah supermarket pun bisa melakukan hal yang sama. Kantung kertas berlabel Matahari, Ramayana, atau Carrefour (ada di Indo nggak sih?) asal apik dan kuat bakal ditenteng-tenteng kemana aja.
Intinya, kantung kertas akan menguntungkan konsumen dan produser. Konsumen bisa mendapatkan media untuk membawa berbagai keperluannya, dan produser mendapatkan uang dan pemasaran gratis. Plus, alam pun jadi kurang terbebani oleh sampah plastik.
Ketiga, kurangi penggunaan atau gunakan kembali kantung plastik. Di sini banyak teman-teman saya yang menggunakan kembali kantong plastik mereka. Terkadang mereka menyimpan kantong plastik dari supermarket untuk belanja mereka berikutnya. Dan bagi mereka yang benar2 perduli lingkungan, mereka menolak untuk memakai kantong plastik. Kadang mereka menaruh belanjaan mereka di tas ransel. Pas saya tanya mereka biasanya menjawab, "gue lupa kantung kertas gue di rumah, dan gue nggak mau pakai kantong plastik pit. Polusi." Jadi kenapa nggak dicontoh? Siapkan selalu kantung plastik di dalam tas, dan ketika berbelanja cukup masukkan belanjaan ke kantong plastik yang sudah disiapkan. Tidak perlu meminta kantong plastik baru. Mengurangi penggunaan kantong plastik artinya mengurangi sampah kantong plastik.
Keempat, gunakan kertas dengan maksimal. Strategi yang bisa digunakan bermacam-macam. 1) Di kantor, kertas print yang gagal jangan langsung dibuang. Kenapa nggak dikumpulkan rapi-rapi dan bisa digunakan kembali untuk print draft surat atau dipotong2 untuk dijadikan memo? Dengan catatan print out yang di kertas nggak membongkar rahasia perusahaan. Kertas pun tidak terbuang percuma dan perusahaan bisa menghemat membeli kertas2 kecil memo yang harganya cukup bikin geleng2 kepala. 2) Sehabis tahun ajaran baru, kadang buku tulis yang digunakan oleh pelajar tidak habis (pengalaman pribadi). Lembaran buku yang kosong bisa digunakan kembali untuk membuat buku tulis. Saya pernah coba sendiri dan hasilnya lumayan lho. Cukup kumpulkan lembaran2 buku tulis kemudian dijilid. Untuk mereka yang kreatif bisa mencoba membuat sampul buku yang menarik (salah satu kegiatan yang bisa dilakukan di kelas bersama). Kemudian sisi2 buku cukup dirapikan dengan pisau pemotong kertas. Buku2 daur ulang ini pun bisa dipakai kembali atau dibagikan kepada mereka yang kurang mampu. Mengurangi sampah dan menambah amal.
Sebenarnya masih ada ide2 lain yang terpikirkan. Tapi saya harus siap2 kalau nggak mau ketinggalan pesawat. Nanti disambung lagi deh...atau ada yang mau berbagi ide?
9 Comments:
Masalahnya pertama, klasik banget, apa pun namanya gak ada daerah ysang rela dijadikan tempat pengolahan sampah, spt kasus apa tuh yang di jawa barat dan bekasi? Buntut2nya demo dan pengerusakan infrastruktur nya.
Masalah kedua, mulai dari pengumpul sampahnya juga udah gak bener, dari cerita teman2 di bandung, trus rumah bintaro dan di lampung kadang berhari2 gak datang sampai sampah numpuk, lah gimana mau disiplin boro2 mau menjalankan program pemisahan sampah.
Yah semua nya salah sih, tapi nggak bisa juga di comnpare ke swiss atau sgpr ya, dimana kesadaran penduduk nya sudah tinggi2, didukung peraturan yang konsisten, didukung andil pemerintah yang amat kuat, kita belum punya satu pun dari itu.
Untuk indonesia, pemecahannya dimulai dari satu titik. Perut rakyat mesti kenyang dulu, kalau buat makan aja susah gimana mau punya kesadaran buat yang lain2.. environment nya jadi fokus untuk survival buat diri sendiri aja. Just my two cents :)
Happy holiday!
By Anonymous, at December 05, 2005 4:37 PM
Hi Pit :))
(Kaya yang kenal aja he..he..he..)
Gw jadi ingat di Jepang, buang sampah kering dan basah kantongnyapun khusus dibeli di supermarket, kalo coba-coba buang sampah pake kantong ilegal dijamin kagak bakalan ada yang ngangkut trus ditanyain pak RT "Dare iki sing throwing gomi neng kene?" >> "Tuing atuh?!" Hehe canda. Bagaimana yah bangsa kita menjadi bangsa yang berkarakter, filem shinchan aja yang gambarnya coretmoret aja bisa idup kalo punya karakter. Trus sinetron Indonesia yang WUUIH gile efek animasinya keren ceritanya serem-serem ato tragis sama sekali kagak ada nyawanya.(Sinetron Sampah)
Hidup Persib
By Anonymous, at December 06, 2005 10:04 AM
Gue inget waktu kuliah tingkat satu, pernah bantuin temen kost gue untuk bagi2in kardus di depan kasirnya Hero. Jadi kita minta mereka untuk mengganti kantong plastik dengan kardus yang kita sediakan. Rata2 pada mau tuh. Berarti tinggal lifestylenya aja di rubah nih, dan perlu campaign!
By Anonymous, at December 07, 2005 11:18 AM
Kalo saya mulai dari diri sendiri. begitu melihat banyak kantong plastik menumpuk, sekrng kalau belanja di supermarket, saya bawa tas/troley - sehingga saya tidak menggunakan kantong plastik, kalaupun kurang tempat, saya bawa kantong dari rumah.
Betul kata Wira tadi, tapi sebenernya itu itikad dari pemerintah.
Kalau saja televisi lebih mendidik, masyarakat sedikit demi sedikit akan sadar...
tinggal si penguasa yang mau bergerak atau tidak.
By Anonymous, at December 10, 2005 10:29 AM
Wira: Wir, belum adanya infrastruktur dan kesadaran yang mendukung pengelolaan sampah yang baik bukan berarti kita harus terus menunggu orang lain atau pemerintah untuk bergerak duluan kan? Kalau terus nyalahin yang lain kapan mulainya dong. Seperti kata naga, musti mulai dari diri sendiri.
Masalah perut yang utama, bener. Tapi kalau pengelolaan sampah yang baik malah bisa menghasilkan uang, itu berarti membunuh 2 burung dengan satu batu kan? Penyelesaian masalah perut bisa dilaksanakan berbarengan dengan masalah yang lainnya.
Uinx: Kenalan dulu atuh. Masyarakat Indonesia berkarakter kok. Cuma kalau masalah yang kotor-kotor senengnya menunggu yang lain untuk membersihkannya.
Ollie: Setuju banget 'lie. Yang penting kampanye! Kesadaran masyarakat bisa dibangun dengan kampanye yang gempar. Wong program KB yang notabene menentang tradisi masyarakat aja bisa berhasil dengan kampanye yang gempar, apalagi masalah penanggulan sampah yang jelas-jelas menguntungkan semua pihak.
Naga: Itu dia, harus dimulai dari diri sendiri. Udah tahu pemerintah masih lumpuh total kayak habis kena stroke, kenapa juga harus terus diandalin.
Doeljoni: What a shame! Pemerintah memang suka dodol, kurang bisa memahami kebutuhan masyarakat. Kalau ada proposal yang menguntungkan masyarakat tapi nggak menguntungkan dirinya sendiri, dicap nggak berguna. Kadang suka bertanya, definisi mereka tentang masyarakat itu apa ya..terbatas pada keluarga dan kroninya sajakah?
By Pipit, at December 23, 2005 10:16 AM
Menurut berita di internet, Singapura membutuhkan waktu 30 tahun untuk membentuk masyarakat sadar sampah seperti sekarang ini. Dan itu belum semuanya sadar sampah, tetapi hampir semuanya.
Nah, biar gk ketinggalan, ayo mulai dari sekarang kita galakan sadar sampah di Indonesia
By Anonymous, at December 11, 2006 11:53 AM
INOVASI BARU PENGOLAHAN SAMPAH " ACELERATOR OKSIDASI ION DENGAN MAGNET " Bukan INCINERATOR
Sebuah alat untuk pengolahan sampah, alat ini tidak menggunakan bahan bakar ataupun listrik untuk mengoperasikannya, bahan bakarnya adaalh sampah itu sendiri. Alat dengan kontruksi sederhana ini tidak memerlukan biaya maintanance, yang lebih hebatnya lagi alat ini mempunyai Running cost = 0.Tidak menghasilkan gas beracun/ tidak mencemari udara.Alat ini ramah lingkungan.
Hampir semua sampah dapat diolah dengan alat ini.Kapasitas dari alat ini adalah 60-200kg/hari. Hasil dari material sampah semuanya bermanfaat untuk industri pertanian, sebagai pupuk dan disinfektan.
Sekali lagi Alat ini BUKAN INCINERATOR.
By Anonymous, at January 27, 2007 10:53 AM
INOVASI BARU PENGOLAHAN SAMPAH " ACELERATOR OKSIDASI ION DENGAN MAGNET " Bukan INCINERATOR
Sebuah alat untuk pengolahan sampah, alat ini tidak menggunakan bahan bakar ataupun listrik untuk mengoperasikannya, bahan bakarnya adaalh sampah itu sendiri. Alat dengan kontruksi sederhana ini tidak memerlukan biaya maintanance, yang lebih hebatnya lagi alat ini mempunyai Running cost = 0.Tidak menghasilkan gas beracun/ tidak mencemari udara.Alat ini ramah lingkungan.
Hampir semua sampah dapat diolah dengan alat ini.Kapasitas dari alat ini adalah 60-200kg/hari. Hasil dari material sampah semuanya bermanfaat untuk industri pertanian, sebagai pupuk dan disinfektan.
Sekali lagi Alat ini BUKAN INCINERATOR.
Hub : 08562203657
email: abdi_asra@yahoo.com
By Anonymous, at January 27, 2007 10:54 AM
Relawan Bandung Crisis Centre (RBCC) yaitu gerakan BANDUNG MEMANGGIL UNTUK BERBUAT UNTUK SESAMA, punya cara tersendiri untuk menciut sampah basah agar tidak numpuk di TPA
By RBCC, at May 28, 2010 6:41 PM
Post a Comment
<< Home