<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d11664549\x26blogName\x3danother+try\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://bla3x.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://bla3x.blogspot.com/\x26vt\x3d4702894869577277822', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

another try

Wednesday, August 31, 2005

Dongeng pengantar minum teh pagi hari

Alkisah terdapatlah sepasang anak laki-laki dan perempuan. Mereka duduk bersebelahan selama satu tahun di kelas tiga suatu sekolah dasar Kristen.

Di sekolah tersebut, setiap pagi, sebelum pelajaran pertama dimulai guru pun akan membimbing setiap muridnya untuk menyanyikan lagu pujaan kepada Tuhan. Lagu yang merdu yang dilantunkan oleh setiap mulut mungil si kecil, sambil menundukkan kepala, memejamkan mata dan kedua tangan yang bersatu di depan dada.

Anak perempuan yang menganut agama yang berbeda, patuh kepada kedua orang tuanya, tidak bernyanyi seperti layaknya yang lainnya. Walaupun terkadang ia hanyut di dalam lantunan lagu tersebut. Dia selalu menundukkan kepala, diam, tidak memejamkan mata, dan tidak memposisikan tangannya untuk berdoa.

Suatu hari, teman sebangkunya bertanya, "Kenapa kamu tidak berdoa?"

Dia pun menjawab, "Orang tua saya berpesan agar tidak berdoa seperti kamu. Saya tidak berdoa seperti kamu, karena saya beragama lain. Tuhan saya lain dengan Tuhan kamu."

Si anak laki-laki pun kembali bertanya, "Agama kamu apa? Tuhan kamu siapa? Apa bedanya dengan agama saya?"

Dijawab dengan halus, "Saya beragama Islam, dan Tuhan saya Allah. Dibaca Awlah, bukan Allah seperti yang dibilang oleh pendeta di gereja. Kitab saya Al Qur'an bukan Alkitab."

Anak laki-laki pun semakin penasaran, "Al Qur'an itu seperti apa? Kamu berdoa bagaimana? Lagunya lain ya?"

Si anak perempuan kemudian berjanji untuk membawa Al Qur'an kecilnya keesokan harinya untuk ditunjukkan kepada teman sebangkunya. Temannya pun berjanji untuk membawa Alkitabnya, untuk ditunjukkan dan dibandingkan.

Keesokan harinya, anak perempuan itu pun menunjukkan Al Qu'ran kecilnya yang berhasil disembunyikan di dalam tasnya. Karena dia tidak yakin orang tuanya akan mengerti kenapa dia perlu membawa buku suci itu ke sekolah.

Ketika dia menunjukkan Al Qur'an kecilnya, teman sebangkunya pun kagum melihat abjad arab yang asing baginya dan tidak dia mengerti sama sekali.

Si anak perempuan pun membacakan Alif Ba Ta Sa kepada temannya, dan kemudian melantunkan salah satu doa kesayangannya. Bocah laki-laki itu hanya diam namun mendengarkan dengan penuh perhatian, berusaha untuk menghargai lantunan doa asing temannya tersebut.

Kemudian dia menyodorkan Alkitab kecilnya, menunjukkan kisah kesayangannya. Pasangan anak laki-laki dan perempuan itu pun bersama-sama membaca salah satu cerita dalam Injil tersebut. Anak perempuan itu kemudian mengerti mengapa cerita tersebut menjadi cerita favorit temannya, temannya yang dia sayangi.

Anak perempuan itu pun tumbuh sebagai seseorang yang mengenal dua pemahaman ajaran agama yang berbeda. Ia pun tumbuh sebagai orang yang menolak untuk membenci mereka yang beragama lain. Pengalaman cinta masa kecilnya, memberikan pengertian bahwa cinta itu terlepas dari embel-embel warna kulit atau kepercayaan.

Dia pun selalu menanamkan kepada dirinya bahwa manusia itu harus mengasihi manusia yang lain, seperti yang dipesankan oleh "Bahasa Kasih", lagu kesayangannya. Lagu yang merupakan salah satu lagu di buku lagu pujian gereja, yang selalu ia nyanyikan dengan lantang dan sepenuh hati, walaupun dia sadar bahwa lagu itu adalah bagian dari agama yang lain.

5 Comments:

  • bagiku, manusia tdk harus dilihat moralnya dari agama yg dianutnya. Pengalamanku sendiri, yg asik diajak berdiskusi soal agama dan soal2 lainnya, malah temen yg beragama berbeda denganku...di situ kita tidak punya perbedaan akidah...hanya satu akidah: persahabatan dan cinta sesama mahluk hidup.

    By Anonymous Anonymous, at August 31, 2005 12:32 PM  

  • And I assume the little girl is you ...

    By Anonymous Anonymous, at September 01, 2005 3:45 AM  

  • I know the little girl is you :-)

    Pengalaman kadang bisa mengajarkan lebih dalam ya. Sedihnya dari sejarah kita lihat, betapa banyak korban akibat perbedaan ini. Bahkan sampai saat ini..

    By Anonymous Anonymous, at September 01, 2005 5:47 AM  

  • Saya mengaku deh, memang ini cerita masa kecil saya. Bocah laki-laki 'cinta' pertama saya..hihihi.. :)

    By Blogger Pipit, at September 01, 2005 8:20 AM  

  • Yeah, saya senang ada pernyataan kasih di antara persahatan yang dibangun walaupun berbeda agama.
    Ngomong2 apa masih berlanjut neh hubungan 'beda' ini berlanjut? :)

    By Anonymous Anonymous, at February 28, 2006 5:26 AM  

Post a Comment

<< Home