Dukungan tidak seharusnya gampangan
Menyambung posting terakhir saya tentang kampanye menolak RUU amandemen undang-undang kesehatan saya ingin menyampaikan uneg-uneg saya tentang email-email yang di 'forward' untuk mendapatkan dukungan.
Kadang tidak jelas siapa yang menulis email aslinya. Seperti di email yang menolak RUU tersebut, mereka hanya menuliskan Gerakan Pencinta-Pembela Kehidupan. Analisa yang diberikan pun disebut dikutip dari pernyataan seorang dokter (saya tidak akan memberikan namanya di sini). Tapi kemudian siapakah Gerakan ini? Siapa saja yang tergabung dalam Gerakan ini? Apakah benar kutipan ini berasal dari dokter yang disebutkan. Apakah kutipan ini dari tulisan dokter itu di suatu media? Kalau iya, media apa, artikel apa, dan diterbitkan kapan?
Kutipannya pun tidak jelas. Kadang mereka menggunakan tanda ... yang berarti adalah kutipan tersebut merupakan potongan dari kalimat asal. Harap diperhatikan bahwa pemotongan suatu kalimat bisa memberikan pemahaman yang sangat berbeda dari kalimat asalnya.
Penjelasan yang diberikan oleh email ini hanya satu pihak. Wajar sih kalau orang yang berkampanye hanya berkoar-koar menjelaskan pendapat mereka. Tapi kita yang diminta untuk memberikan dukungan patut mengetahui posisi kedua belah pihak. Sebelum saya memberikan dukungan, saya ingin tahu alasan di balik pengajuan RUU ini, siapa yang mengajukan RUU ini, atas dasar apa mereka mengajukan RUU ini.
Menurut saya, harap dikoreksi kalau salah, pengajuan RUU kan nggak segampang menulis blog dimana semua orang bisa menulis dan mempublikasikan apa saja. RUU adalah suatu proposal yang akan mempengaruhi kehidupan warga negara Indonesia, berarti sebelum menjadi RUU kemungkinan besar sudah diolah, didiskusikan dan dipertimbangkan. Bagi yang mengajukan RUU juga kemungkinan besar sudah mempunyai dasar dan bukti-bukti yang memungkinkan mereka beragumentasi untuk meloloskan RUU ini. Masak sih orang rela memperbodoh dirinya sendiri di depan DPR ketika harus mempertahankan amandemen undang-undang? Bukti-bukti dan pemikiran yang mendasarkan RUU ini patut untuk diketahui oleh publik secara luas. Jadi publik pun bisa berpikir SENDIRI untuk mendukung atau menolak RUU ini.
Intinya, saya menolak mendukung sesuatu secara buta. Saya menolak untuk 'dituntun' oleh orang lain dalam berpikir. Lagipula, kalau benar RUU ini berisikan pasal dan ayat yang disajikan oleh email tersebut, saya mendukung RUU ini, dengan alasan yang saya sajikan di posting saya sebelumnya. Kalau bisa, saya malah ingin jadi tim sukses RUU ini.
Kadang tidak jelas siapa yang menulis email aslinya. Seperti di email yang menolak RUU tersebut, mereka hanya menuliskan Gerakan Pencinta-Pembela Kehidupan. Analisa yang diberikan pun disebut dikutip dari pernyataan seorang dokter (saya tidak akan memberikan namanya di sini). Tapi kemudian siapakah Gerakan ini? Siapa saja yang tergabung dalam Gerakan ini? Apakah benar kutipan ini berasal dari dokter yang disebutkan. Apakah kutipan ini dari tulisan dokter itu di suatu media? Kalau iya, media apa, artikel apa, dan diterbitkan kapan?
Kutipannya pun tidak jelas. Kadang mereka menggunakan tanda ... yang berarti adalah kutipan tersebut merupakan potongan dari kalimat asal. Harap diperhatikan bahwa pemotongan suatu kalimat bisa memberikan pemahaman yang sangat berbeda dari kalimat asalnya.
Penjelasan yang diberikan oleh email ini hanya satu pihak. Wajar sih kalau orang yang berkampanye hanya berkoar-koar menjelaskan pendapat mereka. Tapi kita yang diminta untuk memberikan dukungan patut mengetahui posisi kedua belah pihak. Sebelum saya memberikan dukungan, saya ingin tahu alasan di balik pengajuan RUU ini, siapa yang mengajukan RUU ini, atas dasar apa mereka mengajukan RUU ini.
Menurut saya, harap dikoreksi kalau salah, pengajuan RUU kan nggak segampang menulis blog dimana semua orang bisa menulis dan mempublikasikan apa saja. RUU adalah suatu proposal yang akan mempengaruhi kehidupan warga negara Indonesia, berarti sebelum menjadi RUU kemungkinan besar sudah diolah, didiskusikan dan dipertimbangkan. Bagi yang mengajukan RUU juga kemungkinan besar sudah mempunyai dasar dan bukti-bukti yang memungkinkan mereka beragumentasi untuk meloloskan RUU ini. Masak sih orang rela memperbodoh dirinya sendiri di depan DPR ketika harus mempertahankan amandemen undang-undang? Bukti-bukti dan pemikiran yang mendasarkan RUU ini patut untuk diketahui oleh publik secara luas. Jadi publik pun bisa berpikir SENDIRI untuk mendukung atau menolak RUU ini.
Intinya, saya menolak mendukung sesuatu secara buta. Saya menolak untuk 'dituntun' oleh orang lain dalam berpikir. Lagipula, kalau benar RUU ini berisikan pasal dan ayat yang disajikan oleh email tersebut, saya mendukung RUU ini, dengan alasan yang saya sajikan di posting saya sebelumnya. Kalau bisa, saya malah ingin jadi tim sukses RUU ini.
2 Comments:
benar, proses pembuatan undang-undang (perubahan maupun yang lainnya) perlu digodok dengan nyata, analisis gampangnya. tidak semudah mendukung AFI, yang paling banyak dapet sms kemudian menang.
By Anonymous, at August 20, 2005 11:16 PM
Iya kita jangan terlalu polos juga, perlu filter.
Sorry gak konsen, ini sekalin mau testing posting.. keren juga ada fitur word verification untuk menolak spammer :-)
By Anonymous, at August 24, 2005 8:16 PM
Post a Comment
<< Home