Selamat datang di Indonesia, siapkan kocek anda
Sewaktu roda pesawat mendarat di lapangan terbang Soekarno Hatta, langsung mengucapkan Alhamdulillah. Selamat saya sampai di Indonesia. Ternyata kekuatiran saya sebelum berangkat nggak berarti apa-apa.
Melangkah keluar pintu pesawat..wusss..angin panas menerpa wajah dan tubuh. Edan..30 derajat..puanas, silau.. halo matahari!
Menapakkan kaki di bandara , mereka yang para orang asing langsung berburu visa masuk Indonesia. Kadang malu juga sih ngeliatnya, orang berkunjung kok langsung dimintain uang. Iya..iya..buat pemasukan negara, tapi tetep aja malu.
Cepet-cepet ke bagian imigrasi dan langsung pasrah ngeliat antrian yang selalu ramai. Langsung sibuk nyiapin paspor, berbagai formulir yang selalu dibagiin di pesawat jurusan Jakarta, dan formulir waktu saya berangkat dari Jakarta terakhir kalinya.
Pemerintah Indonesia paling jagoan deh kalau masalah formulir. Birokrasi kayaknya paling hobi ngumpulin formulir, tapi kadang kok buang-buang kertas ya. Begini, setiap orang yang mau masuk ke Jakarta harus mengisi formulir, asing ataupun WNI. Formulirnya selalu terdiri dari 2 bagian yang bisa dirobek. Tapi sebenernya waktu masuk ke Indonesia, WNI nggak perlu ngisi formulir, dan formulir yang sudah diisi sambil miring2 di pesawat itu nggak pernah diminta oleh pihak imigrasi! Formulir masuk Indonesia itu penting bagi WNA, karena bagian yang diberikan kembali kepada si pengunjung adalah bukti masuk negara Indonesia yang akan diminta kembali sewaktu pengunjung tersebut meninggalkan Indonesia. Sedangkan formulir yang dibutuhkan bagi WNI yang pulang ke Indonesia adalah formulir yang sama tapi yang diisi waktu WNI tersebut berangkat keluar dari Indonesia! Formulirnya sama persis, tapi waktu pengisiannya berbeda dan maksudnya pun berbeda. Formulir kedatangan dan formulir keberangkatan. Formulir keberangkatan tersebut dijadikan alat kontrol lamanya seorang WNI meninggalkan Indonesia. Jadi buat apa WNI mengisi formulir kedatangan, tidak pernah diperiksa, dan buang-buang kertas kan.
Guna formulir keberangkatan juga nggak jelas. Bayangkan, anda harus menyimpan selembar kertas dalam paspor anda selama bertahun-tahun. Kemungkinan hilangnya besar banget! (pengalaman pribadi lagi) Apalagi kalau paspor tersebut sering dibawa-bawa dalam berbagai perjalanan selama anda di luar negeri. Kalau mau mengontrol kapan si pemegang paspor keluar Indonesia kan tidak hanya formulir itu yang dicap, lembar paspor kan juga ikutan dicap. Saya sampai ngedumel sama temen sebangku di pesawat. Kita pun sampai ke kesimpulan kalau formulir sialan itu hanyalah channel buat pihak imigrasi marah-marah dan dapet seseran.
Untuk yang punya kenalan petugas imigrasi, saya mohon maaf, tapi ini beneran. Saya pernah dibentak-bentak di depan orang banyak karena kehilangan formulir kedatangan (iyalah, 2 tahun sudah itu kertas ada di tangan saya). Untung si bapak* masih tersentuh oleh senyum manis dan puppy eyes saya. Pelajaran yang sangat berharga, karena semenjak itu, kertas itu saya klip di paspor. Tapi pas ngantri kemarin, beberapa anak muda yang antri di depan saya ternyata kehilangan si formulir. Saya sudah siap-siap kasihan, tahu kalau mereka bakal dimarah-marahin, tapi saya jadi lebih kasihan lagi karena mereka malah nggak boleh lewat imigrasi sama sekali. Mereka langsung disuruh ke ruang interogasi imigrasi di samping loket pemeriksaan. Saya langsung berpikir buruk, berapa dalamkah mereka harus menguras kocek?
Hikmah cerita: kalau berangkat ke luar negeri, setiap formulir yang dikasih oleh pihak bandara atau imigrasi Jakarta harus disimpan dengan baik. Kadang selembar kertas bisa memperlancar pemeriksaan imigrasi dan membuat petugas imigrasi yang sudah siap nyemprot jadi menelan berbagai kecaman yang udah diprogram.
*Saya lebih senang berhadapan dengan bapak-bapak petugas imigrasi daripada ibu-ibu. Entah kenapa ibu-ibu kok lebih galak ke sesama perempuan. Tapi sempet sebal juga sih sewaktu digodain sama mas-mas petugas imigrasi, pakai nanya alamat rumah segala. Ya amplop..ini badan udah rontok dan lengket malah diajakin ngobrol!
Melangkah keluar pintu pesawat..wusss..angin panas menerpa wajah dan tubuh. Edan..30 derajat..puanas, silau.. halo matahari!
Menapakkan kaki di bandara , mereka yang para orang asing langsung berburu visa masuk Indonesia. Kadang malu juga sih ngeliatnya, orang berkunjung kok langsung dimintain uang. Iya..iya..buat pemasukan negara, tapi tetep aja malu.
Cepet-cepet ke bagian imigrasi dan langsung pasrah ngeliat antrian yang selalu ramai. Langsung sibuk nyiapin paspor, berbagai formulir yang selalu dibagiin di pesawat jurusan Jakarta, dan formulir waktu saya berangkat dari Jakarta terakhir kalinya.
Pemerintah Indonesia paling jagoan deh kalau masalah formulir. Birokrasi kayaknya paling hobi ngumpulin formulir, tapi kadang kok buang-buang kertas ya. Begini, setiap orang yang mau masuk ke Jakarta harus mengisi formulir, asing ataupun WNI. Formulirnya selalu terdiri dari 2 bagian yang bisa dirobek. Tapi sebenernya waktu masuk ke Indonesia, WNI nggak perlu ngisi formulir, dan formulir yang sudah diisi sambil miring2 di pesawat itu nggak pernah diminta oleh pihak imigrasi! Formulir masuk Indonesia itu penting bagi WNA, karena bagian yang diberikan kembali kepada si pengunjung adalah bukti masuk negara Indonesia yang akan diminta kembali sewaktu pengunjung tersebut meninggalkan Indonesia. Sedangkan formulir yang dibutuhkan bagi WNI yang pulang ke Indonesia adalah formulir yang sama tapi yang diisi waktu WNI tersebut berangkat keluar dari Indonesia! Formulirnya sama persis, tapi waktu pengisiannya berbeda dan maksudnya pun berbeda. Formulir kedatangan dan formulir keberangkatan. Formulir keberangkatan tersebut dijadikan alat kontrol lamanya seorang WNI meninggalkan Indonesia. Jadi buat apa WNI mengisi formulir kedatangan, tidak pernah diperiksa, dan buang-buang kertas kan.
Guna formulir keberangkatan juga nggak jelas. Bayangkan, anda harus menyimpan selembar kertas dalam paspor anda selama bertahun-tahun. Kemungkinan hilangnya besar banget! (pengalaman pribadi lagi) Apalagi kalau paspor tersebut sering dibawa-bawa dalam berbagai perjalanan selama anda di luar negeri. Kalau mau mengontrol kapan si pemegang paspor keluar Indonesia kan tidak hanya formulir itu yang dicap, lembar paspor kan juga ikutan dicap. Saya sampai ngedumel sama temen sebangku di pesawat. Kita pun sampai ke kesimpulan kalau formulir sialan itu hanyalah channel buat pihak imigrasi marah-marah dan dapet seseran.
Untuk yang punya kenalan petugas imigrasi, saya mohon maaf, tapi ini beneran. Saya pernah dibentak-bentak di depan orang banyak karena kehilangan formulir kedatangan (iyalah, 2 tahun sudah itu kertas ada di tangan saya). Untung si bapak* masih tersentuh oleh senyum manis dan puppy eyes saya. Pelajaran yang sangat berharga, karena semenjak itu, kertas itu saya klip di paspor. Tapi pas ngantri kemarin, beberapa anak muda yang antri di depan saya ternyata kehilangan si formulir. Saya sudah siap-siap kasihan, tahu kalau mereka bakal dimarah-marahin, tapi saya jadi lebih kasihan lagi karena mereka malah nggak boleh lewat imigrasi sama sekali. Mereka langsung disuruh ke ruang interogasi imigrasi di samping loket pemeriksaan. Saya langsung berpikir buruk, berapa dalamkah mereka harus menguras kocek?
Hikmah cerita: kalau berangkat ke luar negeri, setiap formulir yang dikasih oleh pihak bandara atau imigrasi Jakarta harus disimpan dengan baik. Kadang selembar kertas bisa memperlancar pemeriksaan imigrasi dan membuat petugas imigrasi yang sudah siap nyemprot jadi menelan berbagai kecaman yang udah diprogram.
*Saya lebih senang berhadapan dengan bapak-bapak petugas imigrasi daripada ibu-ibu. Entah kenapa ibu-ibu kok lebih galak ke sesama perempuan. Tapi sempet sebal juga sih sewaktu digodain sama mas-mas petugas imigrasi, pakai nanya alamat rumah segala. Ya amplop..ini badan udah rontok dan lengket malah diajakin ngobrol!
4 Comments:
Tanya, loe WNA apa masih WNI?
Kalo gue paling males...ngisi formulir pas keluar, formulir itu tuh, bebas pajak.
(semenjak reformasi kalo ga salah tiap keluar indo hrs bayar sejut kan?). Nah yg ga tinggal di indo tp masih jadi WNI harus ngisi itu biar dia ga dimintai pembayaran.
Aku selalu dag dig dug di soekarno hatta, takut dimintain ini itu dan petugasnya sama sekali ga ramah, pernah aku bilang: Selamat sore, eh ga dijwab mana tampangnya bengis kayak pak raden....
males aja...
By Anonymous, at January 02, 2006 3:01 PM
Gue sih WNI, masih berpaspor hijau. Makanya juga masih harus mengurus bebas fiskal. Ceritanya lain lagi, abisnya selalu harus ngerayu gombal biar bisa bebas fiskal.
Kalau masalah selamat sore nggak dibalas sih emang banget. Tampang seram sudah pasti. Gue jadi penasaran, kalau jadi petugas imigrasi ada pelatihan untuk pasang tampang sangar dan bengis kali ya. hihihi.
Coba deh petugasnya se-cute yang di Jenewa atau yang di Schiphol, mata sepet ngantuk kan jadi adem..iya nggak? :)
By Pipit, at January 02, 2006 3:07 PM
kayaknya sudah menjadi rahasia umum kalo soal ngurus mengurus tetek bengek semacam ini selalu ada 'halangan kecil' yang ujung-ujungnya adalah uang. tdiak salah jika kamu harus menyiapkan uang untuk hidup di indonesia :)
By Anonymous, at January 02, 2006 7:26 PM
Pit, kalau tampang serem sih udah jadi standar di gerbang imigrasi singapura hahaha.. dulu gua pernah di cap cuma boleh stay 1 minggu gara2 keseringan bolak-balik (sebelum megang student pass). Kebalikan ama elo, gua lebih prefer cari petugas imigrasi perempuan.
Kalo paspor, kertas imigrasi satu lembar itu gua steples sekalian, emang sih paspor gua bolong2 jadinya hihi.. tapi itu menjamin kertas itu gak akan jatuh. Males banget emang kalau udah urusan birokrasi.
By Anonymous, at January 03, 2006 7:32 AM
Post a Comment
<< Home