Cerita tentang pohon
Saya cinta pohon, dari kecil, dari sebelom merhatiin musim semi. Mungkin karena orang tua saya, terutama papa, seneng sama tanaman dan bunga. Rumah saya yang sederhana dikelilingi halaman yang cukup luas dan rimbun. Waktu kecil, saya selalu main di halaman dan selalu berangan2 bisa manjat pohon. Dan waktu remaja, papa memutuskan untuk memperlebar jendela kamar saya menjadi hampir seluruh dinding. Jadi setiap pagi, saya selalu disambut harum pagi dari taman di samping kamar. Hidung saya dimanjakan oleh harum daun dibasahi embun dan mata saya langsung dipenuhi oleh warna hijau yang menyejukkan. Tidak mengherankan kalau hijau adalah warna kesukaan saya. Warna yang selalu saya liat pertama kali ketika membuka jendela kamar. Warna yang mengingatkan saya akan kenangan masa kecil bersama teman2. Warna yang melambangkan petualangan dan persahabatan.
Setiap liburan panjang, kami sekeluarga biasanya pergi ke rumah nenek. Nenek saya petani dan tinggal di kampung. Di belakang rumah, sawah terbentang luas, empang dengan air keruh penuh dengan ikan untuk dipancing, dan berbagai pohon dan rerumputan liar mengelilingi pohon. Sejauh mata memandang, warna hijau mendominasi. It's absolutely one of my favorite places. Liburan di tempat nenek membuat saya merasakan bagaimana hidup lebih dekat dengan alam. Nenek pun mengajarkan tentang nilai pohon dan tumbuhan. Kalo di rumah, pohon dan tumbuhan hanya sekedar untuk keindahan dan menyejukkan rumah, untuk nenek, pohon itu kehidupan. Sawah dan pohon memberikan sumber kehidupan buat nenek. Untuk membuat kami lebih mengerti, nenek kemudian menanam pohon cengkeh untuk setiap cucunya. Setiap cucunya pulang kampung, nenek akan memberikan laporan tentang panen setiap pohon cengkeh, dan hasil panen nenek berikan kepada pemilik pohon. Setiap mama nelpon nenek ke kampung, saya selalu pengen ngomong ke nenek, untuk menanyakan kabar pohon cengkeh saya. Dan ketika nenek mengabarkan kalau pohon cengkeh saya sakit dan harus ditebang, saya merasa kehilangan sumber penghasilan saya! Nenek berhasil. Saya jadi mengerti apa itu uang, penghasilan, dan pentingnya alam buat kehidupan. Dan saya baru berumur 12 tahun!
To be continued
Setiap liburan panjang, kami sekeluarga biasanya pergi ke rumah nenek. Nenek saya petani dan tinggal di kampung. Di belakang rumah, sawah terbentang luas, empang dengan air keruh penuh dengan ikan untuk dipancing, dan berbagai pohon dan rerumputan liar mengelilingi pohon. Sejauh mata memandang, warna hijau mendominasi. It's absolutely one of my favorite places. Liburan di tempat nenek membuat saya merasakan bagaimana hidup lebih dekat dengan alam. Nenek pun mengajarkan tentang nilai pohon dan tumbuhan. Kalo di rumah, pohon dan tumbuhan hanya sekedar untuk keindahan dan menyejukkan rumah, untuk nenek, pohon itu kehidupan. Sawah dan pohon memberikan sumber kehidupan buat nenek. Untuk membuat kami lebih mengerti, nenek kemudian menanam pohon cengkeh untuk setiap cucunya. Setiap cucunya pulang kampung, nenek akan memberikan laporan tentang panen setiap pohon cengkeh, dan hasil panen nenek berikan kepada pemilik pohon. Setiap mama nelpon nenek ke kampung, saya selalu pengen ngomong ke nenek, untuk menanyakan kabar pohon cengkeh saya. Dan ketika nenek mengabarkan kalau pohon cengkeh saya sakit dan harus ditebang, saya merasa kehilangan sumber penghasilan saya! Nenek berhasil. Saya jadi mengerti apa itu uang, penghasilan, dan pentingnya alam buat kehidupan. Dan saya baru berumur 12 tahun!
To be continued