<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d11664549\x26blogName\x3danother+try\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://bla3x.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://bla3x.blogspot.com/\x26vt\x3d4702894869577277822', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>

another try

Thursday, June 30, 2005

Naik tingkat

Naik tingkat, siapa sih yang nggak seneng?

Waktu lulus SD dan harus ganti baju seragam putih merah ke putih biru, rasanya seperti sudah gede, nggak anak-anak lagi. Seragam putih biru diganti sama putih abu-abu, rasanya dunia siap untuk ditaklukkan. Rasanya kaki sebelah sudah siap menginjak yang namanya dunia dewasa.

Di Aikido pun sama, pertama kali naik tatami malu-malu dengan sabuk putih, rasanya pemula sekali. Rasanya seperti waktu masuk ke SMP atau SMA untuk pertama kali. Sewaktu sabuk kuning diberikan, perasaan ini bangga setengah mati. Gue masih inget berbunga-bunganya hati ini, karena setua ini masih bisa melakukan sesuatu yang baru. Semaleman gue senyum sendirian kayak orang lagi jatuh cinta. Waktu sabuk oranye udah boleh mulai melilit pinggang, senyum lebar pun menghias wajah gue yang penuh dengan keringat sehabis digojlok selama berbulan-bulan.

Akhirnya, setelah menyiapkan diri selama hampir sebulan, gue lulus ujian untuk kembali 'ganti' warna. Sekarang pinggang pun sudah boleh dihiasi warna kesukaan gue, hijau!!! Gue sekarang ban hijau Aikido, bapak-bapak, ibu-ibu!! (who cares?) Rasanya dada mau meledak dengan kepuasan dan kebanggaan tersendiri. Who says you cannot teach old dogs new tricks? Walaupun resikonya gue musti siap untuk naek pesawat 16 jam keesokan harinya dengan badan yang setengah remuk.

Lain kali, nggak lagi-lagi deh ujian naek tingkat semalem sebelum berangkat pulang mudik.

Tuesday, June 21, 2005

Mudik

Akhirnya kerjaan selesai! Musti nyelesain packing dan bersih2 rumah sebelum berangkat. Rumah kayak kapal pecah terbelah dua. Kalo nyokap liat dia pasti langsung kena serangan jantung.

Tiga jam untuk menyelesaikan semuanya. And then I'm going home!

Monday, June 20, 2005

Lengkapilah sebelum dikirim

Hari Senin adalah hari yang sering diwarnai dengan jumpalitan sana sini, sibuk menyelesaikan kerjaan yang ditinggal pergi selama week-end. Hari Senin ini sama, tetep jumpalitan, tapi bukan karena selama week-end istirahat. Akhir pekan kemarin saya dengan tabah tetap pergi ke kantor, sampe-sampe ada dosen yang heran dan komentar.."Pipit, you are here?!! The semester is over, you know." Tapi ya mau bagaimana lagi, tugas yang harus diselesaikan banyak banget, dan semua harus selesai sebelum saya minggat pulang.

Hari Senin ini saya seperti kurcaci kebakaran jenggot karena malasnya para manusia untuk mengerjakan sesuatu dengan baik dan benar. Saya ini sekarang ditugaskan jadi seksi sibuk untuk lokakarya yang diadakan oleh kampus. Semua hal2 yang berbau sektretariat saya yang musti ngurusin. Termasuk dalam menyusun lamaran dari seluruh pelajar yang berminat untuk ikutan lokakarya. Kalo dipikir2 gampang..cuma kirim email, baca email, balas email, nge-print lamaran, nyusun daftar dan masukin lamaran2 ke dalam folder.

Tapi ternyata pekerjaan ini tidaklah segampang yang saya kira..bukan karena mati lampu atau tinta printer abis..tapi karena para pelamar itu tidak bisa (atau mau) membaca dengan teliti syarat2 yang harus dipenuhi dalam lamarannya. Padahal cuma diminta untuk mengirim 3 macam dokumen tapi masih ada aja yang dengan cueknya mengirim hanya satu atau dua, atau nekat tetep ngirim walaupun sudah jelas2 profil mereka tidak sesuai dengan apa yang kami cari. Ini kan namanya nambah kerjaan saya aja. Saya harus mengirim email untuk meminta para pelamar itu untuk melengkapi lamarannya. Memang saya sih yang terlalu baik hati, kalau orang lain, lamaran mereka sudah dibuang ke tempat sampah!! Karena secara umum, hanya lamaran yang lengkap yang akan diperhatikan.

Sudah begitu, masih saja ada orang yang tidak mengerti informasi dasar yang harus dicantumkan di dalam biodata diri. Yang namanya jenis kelamin, kewarganegaraan dan tanggal lahir itu kan sudah jelas-jelas wajib dicantumkan!! Jadilah saya harus mengirim puluhan email hanya untuk menanyakan ulang tahun atau warga negara. Kalo masalah jenis kelamin saya terus terang bingung bagaimana harus menanyakannya. Nggak kebayang kalo harus menulis..'please confirm if you are male or female'. Jadi ya saya kira2 aja. Padahal bagi para perempuan, mencantumkan jenis kelamin mereka akan menguntungkan bagi mereka sendiri, karena sekarang kan lagi trend memberdayakan perempuan dan memberikan prioritas bagi mereka.

Bagi para pembaca, tips hari ini:

Bila anda mengirimkan lamaran, harap diperiksa dua atau tiga kali sebelum dikirim. Pastikan bahwa lamaran sudah lengkap, dan semua informasi yang mungkin diperlukan sudah dicantumkan dengan ringkas dan jelas. File lamaran yang lengkap, jelas dan tersusun dengan rapi akan mengundang minat pemeriksa lamaran dan akan mendapatkan nilai plus.

Ingatlah bahwa pihak yang dikirimi lamaran menerima puluhan bahkan ratusan lamaran. Tidak semua orang setabah saya yang memberikan kesempatan kepada yang lain untuk melengkapi lamaran. Sayang sekali kalau lamaran anda tidak diindahkan hanya karena lupa mengikutsertakan surat pengantar atau tanggal lahir.

Saturday, June 11, 2005

just..

Ever feel miss-understood, neglected, denied, unloved, and left-alone? It is horrible, I assure you. I have been trained to be tough, cold-hearted and angry instead of showing my tears and beg for kindness. It makes people forget that I still have heart and feeling. My shield is broken. I am defenceless but others are still merciless.

Run away..run away..don't ever look back. It is better to be lost than heart-broken all over again.

Monday, June 06, 2005

Nonton film

Kemarin malam saya pergi ke bioskop bersama teman2 untuk nonton The Interpreter, film barunya Nicole Kidmann dan Sean Pean. Saya nggak akan mencoba memberikan kritik film. Tidak patut rasanya dengan pengetahuan saya tentang film yang hanya terbatas pada nama2 karakter film kartun Walt Disney, untuk saya mencoba memberikan kritik. Tapi kalo ditanya, do you like it? Saya akan bilang, iya. Paling enggak film itu jauh lebih baik dibandingkan dengan Star Wars 3 (I want my money back!!)

Akhir film, di antara kami berlima, dua teman saya kurang atau bahkan tidak menyukai film itu sama sekali. Flo, teman saya yang ngebet nonton film itu dan sangat menyukai si film, langsung terbelalak tidak percaya. Kok bisa? Apa yang tidak disukai? Jadilah diskusi rada panjang di depan bioskop, berdiri di pinggir jalan sambil 'menikmati' udara dingin malam. Akhir diskusi, teman saya yang keukeuh tidak suka ama si film tanya, do you understand the movie? Menurut dia, the understanding of the movie will influence whether you like it or not. Good point! Then Flo answered, ...each person might understand film differently, and it can be different from how the movie intended to be understood. Good answer!

Inilah kuncinya, understanding. Mungkin bagi saya, Star Wars itu film kacangan. Tapi bagi Xaf yang sempet terkagum2 sewaktu nonton film Star Wars tahun 80 an, Star Wars itu film klasik. Princess Lea pun menjadi sexual fantasy bagi anak laki2 yang kena demam Star Wars era 80-an, dan setiap anak laki2 bermimpi jadi seorang Jedi.

Tapi kalo dipikir2, pemahaman kita akan film itu tidak hanya ditentukan oleh personal taste. Saya rasa kadang profesi saya sebagai pelajar dan asisten di Political Science Department, membuat saya menonton film dengan pola pikir, 'pigura', tertentu. Kalau orang yang menonton The Interpreter kagum akan akting dua aktor utama, saya malah lebih memperhatikan latar belakang. Latar belakang UN, perang sipil, politik diplomasi, dan ending yang over-simplification. Dan kegemaran saya akan psikologi manusia (bukan ahli lho, hanya senang mengamati saja) membuat saya terpaku akan perang batin di dalam dan antara kedua tokoh utama. Begitu juga dengan Kingdom of Heaven, saya lebih tertarik akan politic of religion yang tersirat di dalam film tersebut. Walaupun harus saya akui, pesan kemanusiaan di balik film tersebut sangat diterima di tengah2 dunia yang makin rusuh.

Saya kadang suka merasa tersesat ketika harus menonton film2 lama yang berlatar belakang pre-modern Europe. Akhir cerita biasanya saya merasa bodoh sekali, merasa tidak mengerti. Isn't it normal, for me, non European, not to understand the movie as I am not familiar with European history and culture? Coba deh orang2 Eropa disuruh nonton film Siti Nurbaya, apa mereka bisa mengapresiasi cerita film tersebut seperti halnya saya yang setengah Minang?

Sekarang saya selalu bilang ke diri saya sendiri, tidak apa2 kalau tidak mengerti atau bisa mengapresiasi film yang 'sophisticated'. Tidak harus menyukai sesuatu hanya karena kritikus film memuja-muja film tersebut. Saya memang bukan ahli film, saya hanya penonton awam dengan jendela pemahaman tersendiri.

At least I can have such a good time just by watching Disney's cartoon. Next movie: Madagascar!

Trace of life

Kemarin saya mendengar satu kalimat yang sangat menyentuh. Dalam suatu liputan BBC tentang aliran lukisan impresionis, tentang pelukis Monet, sang reporter bilang (kurang lebih) : ...looking outside from running train we can realize how fast life is. Sometimes it is too fast for us to enjoy it before it passed away. In his painting, Monet tries to capture the moment of his life.

Saya terhenyak mendengar kalimat ini. Benar sekali, saya membatin. Waktu itu berlalu dengan sangat cepat, terlalu cepat kadang, sehingga kita belum sempat menikmati momen tertentu dalam fase kehidupan kita sebelum momen tersebut menjadi bagian dari masa lalu. Kita kadang terlalu sibuk mengejar misi hidup, hidup untuk masa depan. Kita mengeluh, merasa hidup tidak seperti yang kita inginkan, karena kita menilai hidup berdasarkan impian kita. Seperti yang ibu mertua saya pernah bilang, 'Pipit, don't you think you ask too much of life?' Mungkin benar, kadang saya terlalu keras terhadap diri saya sendiri, terlalu tinggi menetapkan standar hidup saya, dan terlalu banyak mengharapkan apa yang bisa saya lakukan dalam hidup. Saya tidak puas akan hidup saya karena saya tidak mencoba menikmati apa yang miliki saat ini, tapi sibuk melihat kekurangan dari apa yang bisa (dan harus) saya raih dalam hidup.

Tidak perhatiannya saya akan 'masa sekarang' membuat saya seperti nenek2. Saya sering sekali mengingat2 kembali masa lalu saya, masa waktu saya lebih muda, masa yang penuh dengan teman2 baik dan petualangan kami bersama. Saya jadi sering menyesal kenapa saya tidak 'merekam' dengan lebih baik saat2 'indah' tersebut. Kenapa saya tidak mencoba untuk lebih menikmati keberadaan saya? Saya terus terang rindu akan masa lalu saya, kehidupan yang dulu sering saya anggap membosankan dan penuh dengan masalah, tapi sekarang bisa lebih saya hargai. Jadilah blog saya penuh dengan kilasan kehidupan saya, masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.

Kalau Monet merekam hidupnya melalui lukisan, saya yang tidak berbakat seni sama sekali bisa memilih blog dan tulisan sebagai media. Mungkin rekaman saya agak kadaluarsa dan telah terusik oleh waktu, tapi paling tidak saya mulai menabung kenangan dan mulai belajar 'to live the present'.

Julukan

Saya rasa setiap orang punya nama panggilan atau julukan. Terserah apakah nama tersebut berasal dari keluarga, teman, atau pacar. Biasanya nama panggilan dari keluarga itu kependekan dari nama asli kita, atau bagaimana anggota keluarga ingin memanggil kita. Nama panggilan menurut saya merupakan suatu bentuk kasih sayang dari orang sekitar dan bukti kedekatan seseorang dengan yang lain. Rasanya nggak mungkin saya dipanggil pipit oleh bos atau profesor saya (walaupun di sini ada profesor yang kesulitan mengingat nama asli saya, dan memanggil saya dengan pipit. Setiap saya dipanggil ama bapak yang satu ini, saya pasti rada jengah). Di lain pihak, janggal rasanya bila saya dipanggil dengan nama asli saya oleh orang tua atau teman. Saya pun selalu memperkenalkan diri dengan nama pipit ke setiap teman baru saya, sampai saya selesai kuliah. Selesai kuliah rasanya hidup jadi terbelah dua, antara kehidupan pribadi dan profesional. Saya jadi lebih hati2 dalam memperkenalkan diri, tidak asal sebut 'pipit', tapi lihat2 dulu siapa orang yang berjabat tangan dengan saya.

Yang lebih menarik adalah nama julukan. Nama julukan, menurut saya, adalah petunjuk tentang bagaimana orang lain menilai diri kita. Nama ini biasanya lebih sebagai olok2 bagi sifat kita yang menonjol. Dari nama julukan, kita biasanya akan mengetahu sifat seseorang.

Saya sendiri mempunyai banyak nama julukan, dan hampir semua nama julukan saya mencerminkan sifat saya yang paling mendasar, yaitu bawel, cerewet, dan galak. Bagi yang sempat membaca blog saya mungkin sudah bisa menilai kalau saya ini senang berceloteh dan bawel pisan. Seperti teman saya, Wira, pernah bilang: "...pit ngebaca pesan eloe seperti ngedenger eloe ngomong, nggak ada koma." Memang kalau dipikir2 saya ini menulis sebagaimana saya berbicara..nyerocos..kayak kereta api.

Beberapa nama julukan yang masih saya ingat:

- Burung pipit (diberikan oleh salah satu paman saya dan merupakan salah satu panggilan klasik)
- Nenek cerewet (diberikan oleh guru TK saya dan dipakai oleh guru dan teman2 saya waktu saya SD)
- Nenek sihir (diberikan oleh teman2nya adek saya yang selalu ngacir kalo lihat saya sudah mulai mendekat)
- Adeknya Rama (panggilan waktu SMP, inilah nasib jadi adeknya orang terkenal *sigh*)
- Cewek galer (diberikan oleh teman2 kelas satu SMA, with whom I would love to have hand to hand combat)
- Pipit fisika 1 (diberikan oleh teman2 SMA dari kelas lain)
- Karipit cuit cuit (diberikan oleh teman2 dekat saya waktu kuliah)
- Gadis sambal (diberikan oleh Maya, salah satu teman dekat saya. Habisnya Maya selalu takjub kalo lihat menu makanan saya yang selalu penuh dengan sambal)
- Ibu dosen (diberikan oleh teman2 dekat saya masa kuliah yang selalu saya siksa untuk belajar selama masa ujian)
- Kak pit (kependekan dari kakak pipit. Panggilan bagi semua 'adek'2 saya)
- Dinamite pipit (julukan baru saya di dojo. Abisnya maitre selalu takjub kalo lihat saya yang kayak petasan, lincah banget selama latihan Aikido)

Saya rasa masih banyak nama julukan yang tidak saya ketahui. Mungkin banyak yang agak 'kejam' :) Terlepas dari niat dibalik nama julukan, nama julukan adalah bentuk perhatian dari orang sekitar. Besides, it is always nice to know how people perceive us. Call it self-centric, if you wish, I call it self-conscious. So..wanna add some more?

P.S. Saya jadi punya a new resolution, untuk lebih kalem dan mengurangi ke-bawel-an saya. Untuk mengerem mulut yang maunya nyerocos kapan aja. Mustahil nggak ya? *ngakak abis*

Friday, June 03, 2005

How to do internet research

Mungkin banyak teman2 yang berpikir apa sih susahnya internet research? Cukup klik ini klik itu. Gampang. Internet browsing bisa dilakukan oleh siapa saya. Nggak perlu itu yang namanya pelatihan internet research. Memang benar, internet browsing itu gampang, tidak perlu pengetahuan khusus. Tapi apakah semua tahu bagaimana melakukan internet research yang effisien dan efektif? Sebagai asisten peneliti yang tugas utamanya melakukan research melalui internet, saya mau berbagi tips yang mungkin bisa berguna untuk teman2. Sekaligus 'menjawab' berbagai pertanyaan tentang info kampus dan kuliah di luar negeri (iya..masih membahas tentang ini..sorry guys).

So..how to do internet research?

Internet menyajikan beragam informasi. Di satu sisi ini menguntungkan karena kita bisa menemukan hampir apa saja di internet, tapi di lain pihak membuat usaha pencarian kita kadang seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Google adalah mesin pencari yang handal, tapi kadang orang sudah malas duluan melihat banyaknya link yang disediakan oleh google untuk kata kunci yang kita berikan. Jadi tips pertama, pilihlah kata kunci yang benar-benar mempersempit pencarian data. Jangan ragu2 untuk menggunakan tanda '+'. Contohnya, bila ingin mengetahui tentang kampus di dan beasiswa ke Australia..ketik saja: university + Australia + scholarship. Atau kalau ingin jurusan tertentu tinggal ditambah : university + Australia + Political Science + Master.

Tips kedua, jangan keder duluan kalau melihat ada ribuan data entry. Inilah salahnya manusia, maunya terima beres. Maunya menerima clean data. Klik 20 data entry pertama. Dan waktu membuka page jangan cuma scanning doang (melihat dengan sekilas). Informasi yang disediakan oleh halaman internet harus dibaca dengan teliti, dan links yang disediakan di samping kiri kanan atau atas bawah musti dilirik juga. Kadang informasi yang kita butuhkan tidak langsung disajikan oleh webpage yang direfer oleh google, tapi disajikan di links yang disediakan oleh homepage yang bersangkutan. Jangan malas untuk meluangkan satu jam atau lebih untuk menjelajahi homepage. It takes time to do research!!

Karena waktu yang dibutuhkan untuk research itu cukup panjang, sebelum mulai internet browsing sangat dianjurkan untuk bikin list tentang apa yang ingin dicari. Konsentrasi ke apa yang ingin dicari, jangan lirik kanan kiri ke homepage yang lebih menarik tapi tidak berkaitan dengan research.

Saya anjurkan pula untuk lebih selektif dalam memilih sumber informasi. Pilihlah homepage resmi, jangan homepage independent yang tidak jelas sumber informasinya darimana. Hal ini sangat penting bagi teman2 yang melakukan akademik research. Jangan mentang2 ada di internet terus ditelan mentah2. Semua data harus ditelusuri asalnya. Bila tidak dicantumkan sumber data lebih baik cari sumber yang lain. Jadi buat info kampus, gunakan homepage kedutaan dan homepage resmi universitas yang bersangkutan. Untuk academic research, gunakan homepage resmi organisasi internasional, jurnal, media cetak, atau badan peneliti nasional. To name but a few:

http://www.cia.gov/
http://www.worldbank.org/
http://www.imf.org/
http://www.un.org/
http://www.jstor.org/

Jangan lupa lirik links yang mereka sediakan, karena kadang mereka menyediakan links organisasi atau badan2 yanng lain, yang terkait dengan aktivitas organisasi tersebut.

Alamat internet berbagai pusat penelitian dan organisasi internasional ini juga tersedia di internet. Tinggal buka google dan ketik nama atau jenis organisasi yang dikehendaki. Ingat kata kunci juga harus spesifik. Contoh: research centre + politics + security atau tinggal ketik World Bank.

Satu syarat yang wajib, menggunakan google SANGAT dianjurkan untuk memberikan kata kunci dalam bahasa Inggris. Penggunaan bahasa Indonesia sayangnya membatasi data entry dan research scanning hanya ke sumber informasi berbahasa Indonesia.

Jadi selamat melakukan internet browsing. Siapkan kamus bahasa Inggris, air putih (biar tidak dehidrasi), dan pastikan anda dapat melihat screen komputer dengan jelas. Hindari melakukan research berjam2 dengan penerangan yang remang2, tidak baik untuk mata. Dan jangan lupa melemaskan otot bahu dan lengan setelah berjam2 ber-browsing ria. :)

It takes more time to finish a job well. As I always say, better spend more time but having the job well-done than to do things quickly but artificially, and then have to go back to it again. A good research is the one that has been checked and double-checked. Informations, just like most of things in life, are not served on golden plate, you have to look for it, work for it, and work on it.

Thursday, June 02, 2005

Pulang kampung

Akhir bulan ini saya akan pulang kampung. Senang rasanya bisa bertemu dengan teman2 saya lagi, bisa ketemu kucing kesayangan saya lagi, bisa makan masakan mama saya lagi, dan tentunya bisa ngemil semua jajanan kegemaran saya lagi. Tapi di lain pihak ada rasa enggan. Enggan menjawab pertanyaan kapan punya anak, enggan menerima pandangan menusuk dari orang sekitar melihat suami saya yang berbeda, enggan harus beramah tamah dengan orang2 yang hobinya ingin ikut campur dengan hidup orang lain, dan enggan untuk memberikan justifikasi keputusan saya untuk menetap di negeri orang.

Rasanya saya ini terbelah dua. Terbelah antara identitas diri sebagaimana saya dilahirkan and what I am suppose to be, dan identitas diri saya sebagaimana saya ingin diterima dan dimengerti. Banyak orang yang menyayangkan keputusan saya untuk menetap di luar negeri, dari yang sekedar karena tidak mau kehilangan teman baiknya sampai menuduh kalo saya ini tidak cinta negeri sendiri. Ada yang bilang : "...gimana mau negara maju kalau orang2 berpotensi seperti kamu pergi meninggalkan negara." Di satu sisi bangga juga ada orang yang menganggap saya berprestasi, di lain sisi sempat dongkol karena merasa saya tidak berhak untuk dituding2 seperti itu.

Yang lebih parah kalau ada orang yang langsung memvonis: Pit orang2 di Eropa pasti pada rasis kan? Kok eloe betah sih di sana? Percaya atau tidak, sampai saat ini jarang saya menerima perlakuan yang 'rasis'. Mungkin saya beruntung berada di lingkungan orang yang berpendidikan sehingga mereka melihat diri saya beyond my skin colour. Lucunya saya malah menerima perlakuan yang merendahkan dari orang Indonesia yang kebetulan tinggal di sini. Mereka yang kebanyakan diplomat, istri diplomat, atau anak diplomat sungguh menunjukkan kesenjangan sosial di negara kita. Sikap mereka yang angkuh dan hanya memandang orang lain dari status, kedudukan sosial atau merek mobil yang dikendarai, membuat saya muak dan malu untuk mengakui bahwa mereka itu satu bangsa dengan saya. Sekali2nya saya coba untuk bersosialisasi dengan mereka, saya dituduh pembantu salah satu teman mereka. Jadi janganlah terkejut kalau saya bilang bahwa saya tidak berhubungan sama sekali dengan orang Indonesia di sini. Buat apa?

Ah pulang kampung, pasti nyaman rasanya bisa berbicara dengan bahasa ibu lagi. Nyaman rasanya berada di lingkungan di mana saya dibesarkan. Nyaman rasanya kembali ke protection bubble yang telah dibangun dengan susah payah oleh kedua orang tua saya. Tapi saya juga pasti akan gundah melihat banyaknya anak jalananan yang berusaha untuk bertahan hidup. Gundah rasanya melihat perbedaan antara apa yang saya miliki dan apa yang tidak dimiliki oleh yang lain. Gundah rasanya menyadari mudahnya hidup saya dan susahnya hidup yang lain. Gundah rasanya melihat orang di sekeliling saya hampir buta akan penderitaan yang lain. Dan gundah rasanya menyadari ketidakberdayaan saya untuk menolong yang lain.

I feel guilty for being me and for having all the facilities that are denied to others. Have I done enough for others?

Hobi lagi

Akhirnya saya ada waktu buat nge-blog. Kepala rasanya sudah penuh dengan ide2 tulisan yang mau saya tumpahkan ke blog. Pertama adalah pengakuan saya tentang hobi baru yang tidak bisa saya banggakan.

Hobi baru saya (selain Aikido) adalah main game komputer!! What?! (I can hear Edo or my bro shout at me) Yup, sekarang saya lagi ketagihan sama game komputer entitled World of Warcraft. Malu..*twink..twink*, mengingat bagaimana gigihnya saya mencemooh kakak saya atau temannya Edo yang maniak game komputer. Habisnya dulu saya paling tidak bisa mengerti kok bisa orang betah duduk di depan komputer dan melototin screen komputer selama berjam2 atau berhari2 (untuk kasus Edo the heavy gamer) hanya untuk main sesuatu yang tidak nyata, yang tidak bisa menghasilkan uang (ketahuan deh kalo saya mata duitan..*nyegir*) Ditambah saya ini alergi komputer. Saya ini termasuk orang yang gaptek berat. Nggak ngerti dan tidak mau mengerti komputer. Semua komputer saya selalu dibelikan oleh orang lain, saya tinggal terima beres dan nggak tahu apa2 tentang si komputer. Terserah mau mereknya apa, hard drivenya apa, memorinya berapa... buat saya yang penting bisa ngetik di Word dan maen kartu waktu otak lagi mampet. Pernah saya pengen coba mengetahui tentang komputer, akhirnya saya beli buku Word 99 for dummy. Dengan bangga saya pulang dan menunjukkan buku tersebut ke kakak saya, dia langsung ketawa ngakak. Duile pit, komputer kamu kan pake Word 2001..*gubrak*. Parah kan...*tertunduk malu*.

Tapi WoW telah merubah pendapat saya secara total. Ini permainan beneran membikin pemain ketagihan. Gimana nggak, habisnya tidak ada endingnya. Setiap pertualangan akan dilanjutkan dengan quest baru, pertualangan baru dan tantangan baru. Dan setiap petualangan yang berhasil diselesaikan, tempat baru yang dijelajahi akan memberikan point yang kemudian memungkinkan setiap karakter untuk naik level. Semakin tinggi level, semakin banyak kemampuan yang bisa dipelajari, semakin banyak ilmu semakin banyak pula petualangan yang bisa dicoba untuk diselesaikan. Vicious circle, isn't it? Ditambah, game ini adalah online game, jadi kita bermain bersama dengan orang2 lain yang kebetulan online. Interaktif dan bisa menambah teman maen game.

Awalnya si Xaf yang mulai main, dan melihat saya yang dongkol memandangi punggung dia setiap malam, akhirnya Xaf menawarkan saya untuk belajar main WoW. He regrets it now, since we have to fight every evening for the computer..hehehe. Jadilah saya the creator and person behind Galade, Night elve - druide, lvl 30. A very competent herborist and alchemist, although she is not very good with direction (one of her biggest flaw in such an adventure game).

So for you who want to try WoW, my advice: don't start, you can never be able to stop yourself. :)

P.S. Edo, you REALLY should try this game!