Hobi
Kalo ngomongin hobi gue bisa berceloteh panjang, ngelebihin panjangnya kereta baba ranjang. Abisnya gue ini memang tipe orang serakah, semua mau dicobain, mau dijadiin hobi, atau kalo nekat dijadiin profesi. Tapi orang bilang hobi itu penting, kenapa? Pertama, hobi bisa memberikan gambaran sifat dan karakter seseorang. (gue kalo ada yang bilang begini biasanya suka rada bingung, gue pikir susah amat berusaha menterjemahkan hobi orang lain untuk mengenal orang tersebut. Kenapa nggak tanya aja??) Mungkin benar, tapi ada masalah bias, kadang orang bisa menjadikan sesuatu kegiatan itu hobi karena fasilitas, waktu dan uang yang tersedia. Contohnya, gue nggak ngebayangin kalo suatu saat bakalan hobi golf..mau bayar pake apaan? Pake daun? Lagian gue suka nggak tega kalo disuruh jalan di atas rumput..kasian ama rumput hijau yang daunnya kecil2 itu lho.. Di lain pihak ada bias dalam arti kadang orang memaksakan diri untuk menyukai sesuatu atau mengumumkan suatu hobi karena hobi tersebut bisa menaikkan gengsi, membuat dirinya terlihat cerdas (atau apalah, yang penting imaji positif), atau sesuai dengan kelas sosialya (either a real one or an imagined one). Apalagi kalo musti menuliskan hobi di Curriculum Vitae (maaf gue teh lupa bahasa Indonesia..punten), mana ada yang menuliskan hobi tidur (salah satu hobi utama gue :)).
Kedua, hobi itu bisa menjadi tempat atau ajang bertemu dengan orang baru, ajang sosialisasi. Sebagai manusia yang makhluk sosial (pernyataan yang infamous!!), sosialisasi itu pentingnya hampir ngelebih-lebihin bawa KTP pas razia. Pertemuan dan interaksi dengan orang lain melalui hobi sering melahirkan persahabatan, kisah cinta, atau bahkan berakhir menjadi teman hidup. Gimana enggak, wong hobinya aja udah sama, ya klop lah..asik kan bisa ngobrol tentang hobi bersama sampai berbusa, nonton TV sama2 sambil ngemil selama berjam2, atau sekedar berjemur di bawah matahari terik sampe bau matahari. Mengerjakan sesuatu bersama dengan teman pasti capeknya jadi nggak kerasa, dan senengnya bisa berlipat ganda.
Tapi yang paling penting, menurut gue, hobi itu bisa menjadi ajang pelarian yang sehat (kecuali kalo hobinya nyerempet2 ke kriminalitas atau berhubungan dengan segala sesuatu yang membuat diri setengah sadar). Hidup itu susah, mau orang kaya atau miskin pasti ada aja masalahnya. Manusia itu kan nggak pernah puas. Gue rasa hidup senang tanpa beban itu berakhir pada saat kita beranjak remaja, atau bahkan lebih awal. Anak2 Indonesia sudah dibebani berbagai kewajiban prestasi sekolah yang sering melanggar hak asasi mereka. Udah gitu beranjak remaja, mulai deh krisis identitas, merasa tidak dimengerti oleh orang sekitar, krisis percaya diri ngeliat muka yang jerawatan dan tubuh yang berubah, dan bingung menghadapi perasaan cinta monyet. Krisis remaja lewat, mulai deh kuatir tentang masa depan, sibuk menganalisis hubungan cinta (kalau ada), menimbang2 apakah pasangan tepat untuk dijadikan teman hidup, kepala pun dipenuhi oleh angan2 masa depan dan kekuatiran akan ketidakpastian hidup setelah selesai belajar. Terus berkeluarga, kepala pun dipadati oleh anggaran belanja rumah tangga, belum mengurusi anak, dan masih harus bersaing di tempat kerja untuk mendapatkan kedudukan yang lebih baik, gaji yang lebih besar, intinya mengejar kemapanan yang lebih mapan. Udah tua, kalau sehat dan pensiun besar, hidup bisa lebih tenang, kalo enggak ya terus aja kuatir.. Nah dengan hobi, manusia bisa 'lari' dari kenyataan hidup dan memanjakan dirinya dengan hobi tersebut. Istirahat mental ini sangat penting, dan, menurut gue, memberikan konstribusi kebahagiaan yang tidak bisa dipandang remeh.
Udah ah ceramahnya..lanjut ke obrolan yang lebih ringan, tentang hobi baru gue yang kata orang 'menyiksa badan' tapi kata gue 'membina badan'. Gue sekarang lagi hobi banget sama aikido, salah satu ilmu bela diri. Gue nggak mau panjang lebar ngejelasin teknik aikido, abisnya semuanya dalam bahasa Jepang dan gue terus terang nggak apal namanya. Tapi kalo diserang bisa otomatis ngelakuin teknik yang bisa bikin lawan gue terkapar atau paling enggak ngilu persendian.
Kenapa gue suka Aikido? Menurut gue aikido nggak cuman melatih badan, tapi juga melatih jiwa. Bisa membanting orang yang berat dan tingginya dua kali diri gue, bisa bikin ego dan kepercayaan diri jadi berlipat ganda, dan bisa melepas stress!! Lagian, di dojo kita berlatih bareng2 tanpa membedakan jenis kelamin ataupun level. Jadilah gue musti adu tanding sama cowok yang sabuk hitam dan dan 2! Hasilnya, kita jadi bisa menghargai latihan fisik dengan lawan jenis tanpa mikir macem2 (paling enggak dalam sebagian besar kasus). Ini bisa menjembatani perbedaan fisik antara laki2 dan perempuan dan hopefully to stop seeing others just as sexual object but also as partners and friends. Yang paling seru kalo kita latihan dengan pedang kayu..serasa jadi samurai seperti di dalam film2 Akiro Kurosawa kesukaan gue. Gue jadi bangga banget sama diri gue sendiri..hihi..dan rasanya gue jadi siap ngebela diri gue secara fisik kapan aja.. Latihan 3 minggu sekali juga membuat gue jadi lebih nyaman sama badan gue. Pembawaan gue pun jadi terlihat lebih natural dalam setiap gerakan tubuh, kalo kata orang lebih luwes. Dan gue yakin ini juga yang membuat diri jadi terlihat lebih physically attractive (kata temen2 gue di Indonesia lho)..duile..*cuih cuih*.
Jadi siapa bilang untuk cantik musti berkorban uang untuk beli baju dan kosmetik bermerek? Olah raga yang teratur, apalagi olah raga yang juga merupakan hobi bisa membuat badan lebih sehat (dan menarik), dan membuat kita lebih nyaman dengan tubuh kita sendiri. Kita pun terlihat lebih segar dan percaya diri, yang kemudian memancarkan aura positif yang walaupun tidak membuat hidung pesek jadi mancung tapi tetap membuat kita enak untuk dilihat. So girls..wanna try Aikido?