Kayaknya sekarang lagi musim lempar-lemparan book baton deh. Dimana-mana blogger menulis tentang buku yang mereka suka, yang menumbuhkan inspirasi, yang berkesan di hati, atau yang sekedar mereka baca. Sewaktu saya mulai baca berbagai book baton yang lain, satu yang menarik adalah bagaimana saya merasa bisa mengenal kepribadian seseorang dari buku yang mereka baca.
Terus terang saya ragu mau menulis book baton, dan memang nggak ada yang 'ngelempar' book baton ke saya, nantangin nulis judul-judul buku. Habisya malu..bakal ketahuan kalo saya hanya baca buku-buku yang ringan. Kayaknya saya malu terlihat sebagai seorang yang 'dangkal'. Tapi terinspirasi oleh tulisannya
mbak nagasundani saya jadi pengen ikutan nulis book baton.
Saya paling gemar baca buku detektif, dari kecil dimulai dari
lima sekawan dan
trio detektif, sampai membaca berulang-ulang cerita tentang
Sherlock Holmes oleh Sir Arthur Conan Doyle. Kemudian saya pun dikenalkan pada
Les Aventures du Juge Ti oleh Robert Van Gulik, yang menceritakan tentang investigasi Hakim Ti pada jaman T'ang di China. Ceritanya sungguh menarik, sehingga membuat saya tabah membaca setiap volumenya dengan ditemani kamus tebal Perancis-Indonesia. (Buku ini adalah buku berbahasa Perancis pertama yang saya baca) Xaf pun kemudian membeli seri
Chronicle of Brother Cadfael of the Benedictine Abbey of Saint Peter and Saint Paul, at Shrewsbury oleh Ellis Peters. Untuk yang suka dengan film
In the name of rose (berdasarkan buku yang berjudul sama oleh Umberto Eco, satu buku yang harus saya baca!), pasti akan suka dengan seri ini. Seri ini menceritakan pengalaman Brother Cadfael dalam memecahkan kasus kriminal pada abad ke 12 di berbagai daerah di negara yang sekarang dikenal dengan United Kingdom.
Lucunya buku yang benar-benar menjadi kesayangan saya malah bukan buku yang bernafaskan detektif, buku nomor satu bagi saya adalah
Nausicaä of the Valley of Wind, karangan Hayao Miyazaki. Sebuah novel grafis yang selalu berhasil menaikkan moral saya ketika saya mulai muak dengan kehidupan. Buku ini penuh dengan pesan moral dan filosofi hidup.
Novel grafis 'serius' lainnya adalah
Ikkyu dari Hisashi Sakaguchi, menceritakan perjalanan hidup biksu Budha bernama Ikkyu dalam mencari pemahaman akan ajaran Budha. Suatu buku yang benar-benar mengguncangkan hati dan menantang pembacanya dalam melihat arti kehidupan. Buku lain yang membuat jiwa saya gemetar adalah
The Kite Runner oleh Khaled Hosseini, sebuah buku yang menceritakan kehidupan dua sahabat dengan latar belakang Afghanistan sebelum, selama dan setelah regime Taliban.
Saya juga suka membaca buku fiksi, mungkin kebiasaan karena waktu kecil saya suka sekali dengan buku dongeng dan legenda, baik yang lokal, atau karangan H.C. Anderson.
Trilogi of the Lord of the Ring plus The Hobbit karangan J.R.R. Tolkien (to grand master, I salute you!) adalah salah satu buku wajib untuk saya. Saya juga maniak sama
Harry Potter oleh Rowling, sangking maniaknya saya membaca setiap volume lebih dari 5 kali dan dalam 3 bahasa!
Pengarang favorit saya yang lain adalah
Terry Pratchett. Saya sudah baca 25 judul buku beliau,
it's such a witty humor !! Mungkin kalau saya bisa kasih analogi seperti pelesetan Project Pop tapi cerdik dan pintar ala Ayu Utami.
Ngomong-ngomong Ayu Utami saya suka banget dengan
Saman, walaupun agak kecewa dengan
Larung.
Untuk para pelajar ilmu sosial dan politik, novel yang memberikan analogi dan kritik tentang revolusi sosial seperti
Watership Down oleh Richard Adams dan
Animal Farm oleh George Orwell patut dilihat. Buku dari Orwell benar-benar memberikan inspirasi bagaimana revolusi ala Marxist
might went straight to tyranny.
Saya juga hobi baca buku yang berbau-bau Asia, terutama China dan Jepang (mungkin akibat hobi saya menonton film kungfu dan samurai..hehehe). Kebetulan nyokap paling hobi baca Ko Ping Hoo, jadi dari sewaktu saya remaja
Ko Ping Hoo sudah menjadi salah satu teman minum teh sore-sore. Percaya atau tidak, saya banyak mendapatkan filsafat hidup dari seri tersebut. Ko Ping Hoo di sela-sela ceritanya selalu menyisipkan bab singkat tentang filsafat hidup yang bernafaskan Konfusius.
Shogun dari James Clavell menghipnotis mata saya, dan
The Wild Geese karangan Ogai Mori berhasil memotret kompleksitas budaya kehidupan masyarakat Jepang dalam bentuk kesederhanaan literatur yang menyejukkan. Ingin rasanya saya melahap novel-novel karangan para penulis Jepang yang berjejer di perpustakaan Xaf, tapi ya itu, bahasa Perancis. Ah sudahlah...
Satu buku yang benar-benar menolak untuk diletakkan sewaktu dibaca adalah
The Emperor and the Wolf: The Lives and Films of Akira Kurosawa and Toshiro Mifune oleh Stuart Galbraith IV. Buku ini berhasil memuaskan dahaga saya akan film karya Akira Kurosawa (salah satu sutradara terbesar abad ini) dan Toshiro Mifune (aktor yang paling pantas untuk memerankan karakter Samurai). 823 halaman bercerita tentang hidup kedua orang besar perfilman Jepang dan semua film atau serial TV yang mereka kerjakan bersama atau terpisah.
For those who call themselves movie expert or movie goers, this book is a must. And if you don't know who Akira Kurosawa is, then you might want to change your nick name. :)